Kamis, 20 November 2008

Matematika Bisa Menyenangkan

Matematika Bisa Menyenangkan


Belajar Matematika Bisa Menyenangkan

BERMAIN: Belajar matematika dan ilmu pengetahuan alam lain tak perlu harus selalu serius. Ajak anak belajar melalui permainan yang menyenangkan untuk membuat anak menyukai pelajaran itu.

JAKARTA-- Bagi sebagian anak, pelajaran matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sesuatu yang menakutkan. Hal itu dapat mempengaruhi minat anak untuk mengeksplorasi mata pelajaran yang sangat bermanfaat mengembangkan daya analitis.

Meskipun setiap anak memiliki minat yang berbeda-beda namun alangkah baiknya jika orang tua secara kreatif mengarahkan agar anak tidak terlarut dalam ketakutan berlebih terhadap matematika dan IPA.

"Masalahnya lebih kepada cara orang tua mengarahkan anak agar matematika tidak menakutkan," ujar Presiden Direktur Mathematics Education clinic sekaligus Ketua Dewan Juri Olimpiade Matematika Pentas Kreasi Anak Indonesia (PKAI), Ridwan Saputra kepada Republika Online ketika ditemui dalam konfrensi pers acara PKAI di Jakarta, Rabu (19/11).

Padahal, kata Ridwan, memperkenalkan matematika itu mudah. Dia mencontohkan, orang tua dapat mengenalkan matematika dengan media permainan.

"Misalnya tambah-kurang,kali-bagi dapat disesuaikan dengan cerita kehidupan," katanya.

Dia mencontohkan, ketika memasuki parki maka orangtua dapat mengajak anak menghitung jumlah mobil yang keluar dan masuk dengan menggunakan kalimat masuk yang diartikan bertambah dan pergi yang bearti berkurang.

Dia sendiri, kurang menyetujui pelajaran matematika di sekolah-sekolah yang hanya mengajarkan berhitung bukan berpikir.

Dalam kesempatan tersebut, Ridwan juga mengungkap cara mengatasi masalah rasa malas yang sering menghinggapi anak saat mempelajari matematika.

"Kemalasan anak mempelajari matematika dapat ditanggulangi orang tua dan guru dengan membawa anak ke arah berpikir terlebih dahulu. Yang lebih mudah sekali lagi, menghubungkan matematika dengan kehidupan dan permainan," tuturnya.

Ridwan memberikan tips untuk membuat anak dengan mudah mempelajari matematika." Ajak anak mencintai matematika, belajar yang rutin, guru yang mengajari juga harus benar, dan bermain"mr-republika

HSBC Rayakan Hari Anak Sedunia

HSBC Rayakan Hari Anak Sedunia

HSBC Rayakan Hari Anak Sedunia

ATRAKTIF: Dalam rangka memperingati hari anak dunia, HSBC memberikan fasilitas bus bermain anak-anak dan perpustakaan keliling yang dapat digunakan anak-anak yatim piatu dan kurang beruntung untuk belajar.

JAKARTA-- Dalam rangka memperingati hari anak sedunia yang jatuh tepat 20 November 2008, HSBC meluncurkan program bus bermain dan perpustakaan keliling untuk diserahkan kepada S0S Desa Taruna Indonesia yang merupakan organisasi sosial independen bagi anak-anak yatim dan anak-anak yang tidak beruntung.

Dalam kesempatan tersebut CEO HSBC Rakesh Bhatia menyerahkan secara simbolis kepada CEO SOS Desa Taruna Indonesia, Hadiyanto Nitiharjo, bus bermain anak-anak dan perpustakaan keliling yang juga disaksikan Istri Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Ibu Tatiek Fauzi Bowo.

Pada sambutannya, Rakesh mengatakan, sesuatu hal yang ironi melihat anak-anak tidak bisa bermimpi hanya karena mereka mengalami nasib yang kurang beruntung.

"Satu hal yang membuat mimpi mereka tertutup yakni pendidikan. Pemahaman kami akan pentingnya pendidikan membuat kami memutuskan untuk membantu melalui pengadaan bus bermain dan perpustakaan keliling yang akan menjangkau anak-anak didaerah Jakarta, Depok dan Tangerang," ujarnya.

Direktur SOS Desa Taruna Indonesia Hadiyanto Nitiharjo mengatakan, pengadaan bus permainan dan perpustakaan keliling akan membantu anak-anak untuk proses belajar.

Dalam kesempatan tersebut, Istri Guber Dki Jakarta, Tatiek Fauzi Bowo mengungkapkan kegembiraannya dengan pengadaan bus bermain dan perpustakaan keliling ini.

"Semua anak harus diberikan pendidikan," katanya.

Tatiek juga berterima kasih dengan terobosan yang dilakukankan pihak HSBC. "Ini yang memjadi perhatian saya untuk membuat terobosan," katanya.

Sekitar 200 anak-anak dari S0S Desa Taruna, Asih Foundation dan Cengkareng, juga turut hadir dalam acara ini. Acara atraktif yang disajikan panitia dengan riang mereka lalui. Selain itu, mereka menunjukan kemampuan mereka bernyanyi, Diakhir acara mereka akan menonton bersama film Laskar pelangi.mr-republika

Masjid dalam Pendidikan Islam

Masjid dalam Pendidikan Islam


Masjid-masjid besar biasanya juga menawarkan pendidikan ilmu yang lehih luas lagi. Dimasjid-masjid besar itu, para pelajar di jaman kekhalifahanpun bida mempelajari beragam ilmu, seperti tata bahasa Arab, logika, aljabar, biologi, sejarah, hukum dan teologi.

"Di era kejayaan Islam, masjid tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, namun juga sebagai pusat kegiatan intelektualitas," ungkap J Pedersen dalam bukunya berjudul Arabic Book. Sejak awal perkembangannya, masjid terbukti memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan pendidikan di dunia Islam.

Sejarawan asal Palestina, AL Tibawi, menyatakan bahwa sepanjang sejarahnya, masjid dan pendidikan Islam adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Di dunia Islam, sekolah dan masjid menjadi satu kesatuan. "Sejak pertama kali berdiri, masjid telah menjadi pusat kegiatan keislaman, tempat menunaikan shalat, berdakwah, mendiskusikan politik, dan sekolah," cetus Jacques Wardenburg.

Di manapun ajaran Islam berkembang, di situlah bangunan masjid menjulang. Peran masjid kemudian berkembang sebagai tempat menimba ilmu. Sekolah-masjid di era kejayaan Islam mampu menampung murid dalam jumlah ratusan hingga ribuan siswa. Sebagai pusat intelektualitas, masjid-masjid di era kekhalifahan telah dilengkapi dengan perpustakaan. Koleksi bukunya begitu melimpah, karena banyak ilmuwan dan ulama yang mewakafkan bukunya di perpustakaan masjid.

Sejarah peradaban Islam mencatat, aktivitas pendidikan berupa sekolah pertama kali hadir di masjid pada tahun 653 M di kota Madinah. Pada era kekuasaan Dinasti Umayyah, sekolah di Masjid pun mulai muncul di Damaskus pada tahun 744 M. Sejak tahun 900 M, hampir setiap masjid memiliki sekolah dasar yang berfungsi untuk mendidik anak-anak Muslim yang tersebar di dunia Islam.

Pada zaman keemasan Islam, anak-anak mulai disarankan untuk menimba ilmu sejak menginjak usia lima tahun. Pada tahap awal, mereka diajarkan cara untuk menulis 99 nama Allah yang indah atau asmaul husna. Selain itu, anak-anak Muslim di masa kekhalifahan pun mulai diperkenalkan dengan tulisan ayat-ayat Alquran yang sederhana.

Setelah mahir membaca dan lincah menulis, anak-anak yang belajar di masjid dijarkan Alquran ditambah pelajaran berhitung atau aritmatika. Para siswa juga bisa mempelajari ilmu-ilmu lainnya. Masjid-masjid besar, biasanya juga menawarkan pendidikan ilmu yang lebih luas lagi. Di masjid-masjid besar itu, para pelajar di zaman kekhalifahan pun bisa mempelajari beragam ilmu seperti tata bahasa Arab, logika, aljabar, biologi, sejarah, hukum, dan teologi.

Pada perkembangannya, para pelajar juga tak hanya menimba ilmu di masjid saja. Untuk mempraktikan kemampuannya dalam bidang kedokteran, para siswa juga belajar di rumah sakit. Yang tertarik astronomi juga belajar langsung di observatorium. Tempat belajar juga bisa dilakukan di madrasah - umumnya tempatnya berdampingan dengan masjid. Selain itu bisa juga di rumah-rumah para guru.

Di wilayah Spanyol Muslim, aktivitas pendidikan pada umumnya bertempat di masjid. Masjid menjadi pusat aktivitas belajar-mengajar di mulai di daerah kekuasaan Dinasti Umayyah itu sejak berdirnya Masjid Cordoba pada abad ke-8 M. Kegiatan belajar-mengajar di masjid memang terbilang unik dan sangat khas.

Format dasar pendidikan di masjid adalah belajar dengan melingkar. Format seperti ini dikenal sebagai Halaqat al-ilm atau halaqah. Dalam ensiklopedia Islam, Halaqah berari "kumpulan orang-orang yang duduk melingkar" atau "kumpulan para pelajar di sekitar seorang guru". Kerap kali, masjid-masjid yang menyelenggarakan halaqah kedatangan ilmuwan tamu.

Secara khusus, ilmuwan atau ulama tamu itu akan dipersilakan duduk di samping guru sebagai bentuk penghormatan. Terkadang, ulama atau ilmuwan tamu itu juga diberikan waktu untuk mengajar. Penjelajah Muslim terkemuka dari Maroko, Ibnu Batutta, dalah catatan perjalannya mengambarkan lebih dari 500 pelajar menghadiri halaqah di Masjid Agung Umayyah, Damaskus.

Geografer dan penjelajah Muslim lainnya, Al-Muqaddasi, juga menceritakan di Masjid Amr dekat Kairo, Mesir terdapat lebih dari 50 halaqah pada satu tempat. Sedangkan di masjid utama Kairo, tak kurang terdapat 120 halaqah. Menurut Ruth Stellhorn Mackensen dalam bukunya Background of The History of Moslem Libarries, mengajar dan belajar di masjid-masjid besar di era kekhalifahan menjadi profesi yang benar-benar membanggakan.

Aktivitas keilmuan di masjid bahkan bisa melahirkan sebuah pendidikan tinggi atau universitas. Sejarah mencatat, hingga kini terdapat universitas terkemuka di dunia Islam yang lahir dan berasal dari aktivitas intelektual di masjid antara lain; Universitas Al-Qayrawwan dan Al-Zaituna di Tunisia, Al-Azhar di Mesir, Al-Qarawiyyin di kota Fez Maroko, dan Sankore di Timbuktu.

Masjid-masjid besar yang menyelenggarakan aktivitas pendidikan mampu menarik perhatian para ilmuwan dan pelajar dari berbagai belahan di dunia Islam. Pada abad ke-12 M, misalnya, aktivitas keilmuwan yang digelar di Masjid Sankore Timbuktu, Mali Afrika Barat mampu mendatangkan 25 ribu siswa dari berbagai negara. Pendidikan yang diselenggarakan di masjid pada masa kejayaan Islam mampu melahirkan sederet tokoh Muslim terkemuka.

Pendidikan Masjid Cordoba Spanyol mampu melahirkan seorang ilmuwa besar bernama Ibnu Rushdi dan Ibnu Bajja. Sebuah masjid di Basrah, Irak juga mampu melahirkan seorang ahli tata bahasa Arab terkemuka sepanjang masa bernama Sibawaih. Ia merupakan murid Al-Khalil Ibnu Ahmad yang mengajarnya di masjid.

Sekolah yang digelar di Masjid Al-Qarawiyyin Fez, Maroko pun mampu melahirkan ulama dan ilmuwan hebat seperti; Ibnu Khaldun, Ibnu Al-Khatib, Al-Bitruji, Ibnu Harazim, Ibnu Maimoun, serta Ibnu Wazzan (Leo Africanus). Bahkan di Masjid Al-Qarawiyyin pula Paus Sylvester II menimba ilmu matematika dan lalu menyebarkannya di gereja-gereja Eropa. Pamor Masjid Al-Azhar, Mesir pun mampu menarik perhatian ilmuwan seperti Ibnu Al-Haitham, Ibnu Khaldun, dan Al-Baghdadi.

Pendidikan yang digelar di masjid pada zaman kejayaan Islam ternyata mampu memberi pengaruh terhadap pendidikan di Eropa. Menurut George Makdisi, guru besar Studi Islam di Universitas Pennsylvania, pendidikan masjid yang diselenggarakan di era kekhalifahan telah memberi pengaruh kepada peradaban Eropa melalui sistem pendidikan, universalitas, metode pengajaran, dan gelar kesarjanaan yang diberikan.

"Islam juga memberi pengaruh kepada Barat dalam penyelenggaraan pendidikan universitas yakni dalam kebebasan akademik profesor dan mahasiswa, dalam tesis dokteral serta yang lainnya," cetus Makdisi. Begitulah peran masjid dalam mengembangkan pendidikan di dunia Islam pada era keemasan Islam. Lalu bagaimanakah peran masjid saat ini?


Gudang Ilmu itu Bernama Masjid

Sebagai pusat kegiatan umat, masjid memiliki tiga peran penting yakni sebagai tempat aktivitas sosial, politik dan pendidikan. Guna menopang ketiga peran penting itu, pada era kejayaan Islam masjid telah dilengkapi dengan perpustakaan. Dengan koleksi buku yang terbilang melimpah.

Seperti halnya dengan sekolah, masjid juga tak bisa dipisahkan dari keberadaan perpustakaan. Aktivitas pendidikan di masjid tentu membutuhkan banyak buku sebagai referensi. Hal ini mendorong masyarakat di dunia Islam secara rela menyumbangkan dan mewakafkan koleksi buku yang dimilikinya disimpan di perpustakaan masjid.

Masjid menjadi tempat yang aman bagi masyarakat Muslim, pada zaman itu. Dengan menuimpan bukunya di masjid, maka buku yang mereka sumbangkan itu akan dirawat dan digunakan para pelajar yang menimba ilmu di masjid. Sehingga, ilmu yang terkandung dalam sebuah buku bisa menyebar luas. Tak hanya disimpan di rak dan dipenuhi debu.

Menurut R Mackensen dalam buknya Background of the History of Muslim Libraries Observes para ilmuwan mewariskan koleksi perpustakaan pribadinya kepada masjid agar buku itu tetap terpelihara. Perpustakaan masjid pun memiliki koleksi buku yang lengkap. Ini juga barangkali yang membuat para guru dan murid begitu betah menghabiskan waktunya belajar di masjid.

Sungguh mengagumkan bila kita mengetahui Masjid Sufiyah di Allepo, Suriah, pada era keemasan Islam mampu mengoleksi buku tak kurang dari 10 ribu volume. Pada masa itu, penguasa Aleppo mempelopori gerakan wakaf buku ke perpustakaan masjid. Gerakan yang dipimpin Pangeran Sayf Al-Dawla itu mampu menggerakan ilmuwan dan bangsawan di wilayah itu untuk menyumbangkan koleksi buku-bukunya.

Gerakan wakaf buku ke perpustakaan masjid itu terjadi hampir di seluruh wilayah dunia Islam. Demi pengembangan dan penyebaran ilmu, masyarakat mau menyimpan bukunya di masjid. Umat Islam di era kejayaan begitu cinta dengan ilmu pengetahuan. Ajaran Islam mengajarkan umatnya untuk berpikir dan mencari pengetahuan agar dapat mendekatkan diri kepada Sang Khalik.

Tak heran, jika dalam Alquran kata Ilm (pengetahuan) disebut secara berulang-ulang sebanyak 750 kali. Ini pula yang membuat Rasulullah SAW menyerukan umatnya untuk mencari pengetahuan sejauh dan semampunya. Nabi Muhammad SAW pun mengajak umatnya untuk belajar sepanjang hayat - dari saat dilahirkan hingga meninggal dunia.
Perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW itulah yang dijadikan pegangan para penguasa Muslim untuk mendukung dan menopang pendidikan.

Perpustakaan masjid di era keemasan telah menjadi lumbung ilmu yang melecut semangat para pelajar serta ulama dan ilmuwan untuk berlomba-lomba meraih ilmu. Dengan menguasai beragam ilmu pengetahuan itulah, dunia Islam tampil sebagai penguasa dunia selama beberapa abad.

Sayangnya, kini aktivitas keilmuan yang berpusat di masjid menjadi semakin kering. Padahal, sejarah telah membuktikan bahwa aktivitas keilmuan di masjid mampu melahirkan sederet ilmuwan, ulama dan cendekiawan Muslim yang hebat. Yang mampu memberi kontribusi penting bagi peradaban manusia.mr=republika

Piramid Baru Ditemukan di Mesir

Piramid Baru Ditemukan di Mesir

Sebuah piramid baru yang diperkirakan berusia 4300 tahun ditemukan dalam penggalian di gurun pasir Mesir. Piramid tersebut diduga makam Ratu Sesheshet, ibunda Raja Firaun Teti yang merupakan peletak dinasti keenam Mesir.

"Ini mungkin piramid sekunder paling lengkap yang ditemukan di Saqqara," ujar Zahi Hawass, Kepala Dewan Purbakala Mesir (SCA). Temuan tersebut merupakan piramod ketiga yang ditemukan di sekitar piramid utama Teti dan piramid kedua yang ditemukan di Saqqara sepanjang tahun ini.

Para arkeolog menemukan reruntuhan piramid tersebut di bawah pasir pada kedlama 7 meter. Mereka berhasil mengidentifikasi struktur pondasinya dan mengukur bahwa kemiringan sudut dinding penutupnya sebesar 51 derajat. Dengan perkiraan tersebut, para arkeolog Mesir dapat memperkirakan bahwa tinggi piramid sekitar 14 meter. Sementara luas pondasinya sekitar 22 meter persegi.

Kawasan tempat ditemukannya piramid tersebut belum pernah digali sebelumnya. Para arkeolog yang telah melakukan penggalian di kawasan tersebut selama 20 tahun tidak menyangka daerah yang dikira hanya hamparan pasir ternyata merupakan kuburan sebuah piramid.

Meski demikian, para pencuri sepertinya sudah lebih dulu mengatahui keberadaan piramid tersebut. Sebab, saat ditemukan, sudah ada lubang yang mungkin dibuat para pencuri untuk masuk ke ruang makam Ratu Sesheshet untuk menguras hartanya.

Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan

Sebuah bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang diduga merupakan salah satu candi pemujaan yang berasal dari abad ke-13 ditemukan di Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi yang ditemukan Pairin (68), salah seorang warga sekitar, pada Selasa (28/10) itu rencananya akan diekskavasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim.


Laporan wartawan Kompas Alb. Hendriyo Widi Ismanto

BLORA, KOMPAS - Balai Arkeologi atau Balar Yogyakarta yang mengeksplorasi situs-situs di Pegunungan Kendeng Selatan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menemukan pelataran persembahan yang diperkirakan berasal dari zaman akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Lokasi penemuan itu berada di Dukuh Nglaren, Desa Sentono, Kecamatan Kradenan.

Pelataran itu berada di bukit karst (kapur) di atas belokan Sungai Bengawan Solo. Di sekitar pelataran itu terdapat tumpukan batu bata dan sejumlah batu andesit yang berserak. Arkeolog Balar Yogyakarta, Gunadi, Rabu (19/11) di Blora, mengatakan Balar baru menggali sebagian pelataran itu dan menemukan tumpukan batu yang membentuk anak tangga. Batu itu terdiri dari batu andesit atau batu gunung berapi dan bata yang besarnya sekitar satu setengah kali besar batu bata biasa. "Batu-batu itu disusun di atas lantai batu karst yang sudah diratakan," kata dia.

Gunadi mengemukakan perpaduan tiga batu itu menunjukkan semakin pesatnya peradaban dan pencampuran budaya Hindu-Buddha. Perpaduan batu itu menunjukkan juga pengaruh kerajaan yang mendirikan pelataran itu sangat luas. Pengaruh itu tampak dari penggunaan batu andesit yang tidak mungkin berasal dan didapat di Blora, melainkan diimpor dari daerah yang ada gunung apinya. Hal itu mengingat daerah Blora merupakan daerah karst.

"Kami masih akan melanjutkan penelitian dan penggalian lagi. Selain itu, kami akan menggandeng sejumlah ahli lain untuk menentukan tahun dan zaman asal bangunan itu,mr-kompas

Selasa, 18 November 2008

440.000 Guru Honorer Tak Jelas Nasibnya

440.000 Guru Honorer Tak Jelas Nasibnya

ah-Pengangkatan guru yang tidak terkendali dan terencana sesuai kebutuhan riil menyebabkan sekitar 440.000 guru honor tidak jelas nasibnya. Untuk itu, pemerintah akan menggodok pemetaan kebutuhan guru secara nasional sehingga sekolah tidak boleh lagi mengangkat guru honor atau guru tidak tetap.

Giri Suryatmana, Sekretaris Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas, Selasa (18/11), di Jakarta, mengatakan, nasib ratusan ribu guru honor yang diangkat sekolah negeri dan swasta itu tergantung pada pemerintah kabupaten dan kota. Ketika pendidikan masuk dalam otonomi daerah, pengangkatan guru PNS menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.

”Selama ini rekrutmen guru baru tidak terkendali. Satuan pendidikan atau sekolah dengan leluasa mengangkat guru honor. Padahal, sebenarnya secara nasional kita tidak kekurangan guru,” kata Giri.

Selain perekrutan guru yang kacau, kata Giri, penyebaran guru juga bermasalah. Akibatnya, banyak guru yang tertumpuk di kota, sedangkan di pedesaan, terutama di daerah terpencil, sangat kekurangan guru.

Dari penelitian Bank Dunia, rasio guru dan siswa di Indonesia termasuk lebih baik dibandingkan dengan negara tetangga. Untuk SD, rasio guru dengan siswa 1 : 20, SMP 1 : 17, dan SMA/SMK 1 : 14. ”Tetapi, distribusi guru tidak merata dan tidak sesuai bidang studi. Akibatnya, mutu pendidikan kita tetap tertinggal dibandingkan negara-negara lain,” tutur Giri.

Mengenai nasib guru honor sekolah saat ini, kata Giri, pemerintah kabupaten/kota perlu memprioritaskan pengangkatan mereka sebagai guru pegawai negeri sipil (PNS) daerah. Apalagi, kebutuhan guru baru ke depannya cukup mendesak untuk menggantikan guru yang pensiun, terutama guru SD inpres.

Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mendukung penataan kembali atau redistribusi guru di setiap daerah. Dalam kasus penempatan guru di daerah terpencil, pemerintah daerah dan pusat diminta untuk memberikan tunjangan guru daerah terpencil yang layak sehingga banyak guru yang bersedia ditempatkan di daerah.mr-kompas

Mengurai Masalah Guru (Swasta)

Mengurai Masalah Guru (Swasta)

Oleh Doni Koesoema A

Persoalan nasib guru swasta yang merasa dianaktirikan dan diperlakukan tidak adil kian mencuat ke publik. Polarisasi antara guru swasta dan negeri sebenarnya bukan persoalan utama yang kita hadapi.

Masalah utama yang menjadi pangkal perdebatan adalah tidak adanya keseriusan pemerintah dalam menjaga dan melindungi martabat profesi guru, tidak peduli apakah itu guru negeri, swasta, tetap, maupun honorer.

Dua kekuatan

Sebenarnya, nasib guru lebih banyak ditentukan dua kekuatan, yaitu kekuatan negara dan kekuatan masyarakat. Kekuatan negara terhadap guru bersifat memaksa dan mengatur. Ini terjadi karena negara berkepentingan hanya mereka yang memiliki kompetensi dan layak mengajar di kelaslah yang boleh berdiri di depan kelas. Karena itu, negara mengatur berbagai macam kompetensi yang harus dimiliki guru sebelum mereka boleh mengajar di dalam kelas. Kualifikasi akademis, sertifikasi, kemampuan sosial, dan keterampilan pedagogis adalah hal-hal yang harus dikuasai guru. Berhadapan dengan aturan negara yang koersif ini, para guru tidak dapat berbuat apa-apa selain harus menyesuaikan diri. Sebab inilah satu-satunya cara agar profesi guru tetap berfungsi efektif dalam lembaga pendidikan.

Selain itu, masyarakat juga memiliki kekuatan kultur yang menentukan gambaran sosok guru. Guru harus memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu ramah, terbuka, akrab, mau mengerti, dan pembelajar terus-menerus agar semakin menunjukkan jati diri keguruannya. Masyarakat telah menentukan pola perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan guru di dalam kelas dan di luar kelas. Bahkan, masyarakat dengan kekuatan kulturalnya mengatur bagaimana guru harus berpakaian. Guru tak bisa seenaknya memakai jenis pakaian tertentu selama mengajar. Pelanggaran atas harapan masyarakat ini membuat individu guru kehilangan integritas.

Berhadapan dengan dua kekuatan ini, guru tidak memiliki kekuatan penawaran, selain mengikuti apa yang ditetapkan instansi di luar dirinya. Tidak jarang, norma sosial yang harus dilaksanakan guru menjadi rambu-rambu yang sebenarnya menjaga martabat guru itu. Ketika ada pelanggaran kode etik yang dilakukan guru, masyarakat akan menilai pribadi itu sebagai kehilangan kualitas keguruan dan dia tidak akan dipercaya. Karena itu, sanksi sosial, baik dari masyarakat maupun negara, sebenarnya bukan bersifat punitif, tetapi juga reparatif, yang membuat status dan martabat guru tetap berharga di mata masyarakat dan negara.

Bagian hakiki

Kekuatan memaksa negara dan kekuatan kultural masyarakat sebenarnya menjadi bagian hakiki yang mewarnai status seorang guru. Karena itu, tiap orang yang ingin menjadi guru harus mempertimbangkan dua tuntutan itu. Guru tidak bisa mengklaim dirinya sebagai guru jika negara dan masyarakat tidak memaklumkan keberadaan individu itu sebagai guru.

Sayang, situasi sosial, politik, dan ekonomi kian membuat status guru terpencil dan terpinggir. Ini terjadi karena tuntutan tinggi yang dipaksakan pemerintah ternyata tidak dibarengi kesediaan pemerintah melindungi profesi guru. Bahkan, ada guru digaji di bawah upah minimum regional. Sedangkan masyarakat, terutama para pemilik yayasan pendidikan swasta, juga tidak dapat berbuat banyak karena alasan tak adanya dana untuk mengangkat guru-guru mereka menjadi guru tetap. Minimnya sumber daya yayasan sering menjadi alasan untuk tidak memerhatikan nasib guru, bahkan membebani masyarakat dengan cara menaikkan biaya pendidikan.

Entah berhadapan dengan kekuatan negara atau masyarakat, guru ada dalam posisi lemah dan selalu menjadi korban. Situasi ini tidak dapat diatasi dengan mengangkat seluruh guru honorer menjadi pegawai negeri, seperti tuntutan beberapa kelompok guru honorer maupun mengangkat guru tidak tetap menjadi guru tetap yayasan.

Masalah ini hanya bisa diatasi jika pemerintah dan masyarakat memberi prioritas untuk menjaga, melindungi, dan menghormati profesi guru. Secara khusus, pemerintah harus memberi jaminan finansial secara minimal kepada tiap guru agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat sebagai guru. Jaminan seperti ini hanya bisa muncul jika ada perlindungan hukum berupa peraturan perundang-undangan yang benar-benar memihak dan berpihak kepada guru.

Sejauh ini, pemerintah hanya mampu menuntut guru untuk ikut sertifikasi, tetapi ia gagal memberi penghargaan dan perlindungan atas profesi guru (ada ketidakseimbangan kuota guru negeri dan swasta, sedangkan swasta dibatasi kesejahterannya dengan aturan alokasi jam mengajar dan status kepegawaian). Pemerintah memiliki tugas mulia dalam menyejahterakan nasib guru. Negara mampu melakukan itu jika ada keinginan politik yang kuat. Ongkos sosial dan politik pada masa depan akan lebih ringan jika pemerintah mampu memberi perlindungan dan kemartabatan profesi guru, terutama memberi jaminan ekonomi minimal agar para guru dapat hidup bermartabat, sehingga mereka dapat memberi pelayanan bermutu bagi masyarakat dan negara.

Dukungan bagi swasta

Ketidakmampuan sekolah swasta dalam membiayai para guru yang bekerja di lingkungannya juga harus menjadi keprihatinan utama pemerintah. Partisipasi masyarakat dalam mengembangkan dunia pendidikan patut didukung, tetapi pemerintah juga wajib menjamin bahwa masyarakat yang mengelola sekolah memenuhi persyaratan sesuai standar pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan. Jika banyak yayasan pendidikan tidak mampu memenuhi standar pelayanan pendidikan, yayasan seperti itu tidak layak melangsungkan pelayanan pendidikan karena akan merugikan masyarakat (menarik ongkos terlalu tinggi), tidak mampu menghargai kinerja guru, dan tidak mampu memberi layanan pendidikan yang terbaik bagi siswa karena keterbatasan sarana, fasilitas, dan mutu guru.

Di zaman persaingan ketat seperti sekarang, kinerja menjadi satu-satunya cara untuk mengukur mutu seorang guru. Karena itu, status pegawai negeri, swasta, tetap, atau honorer tidak terlalu relevan dikaitkan gagasan tentang profesionalisme kinerja seorang guru. Di banyak tempat, status pegawai tetap malah membuat lembaga pendidikan swasta tidak mampu mengembangkan gurunya secara profesional sebab mereka telah merasa mapan. Demikian juga yang menjadi pegawai negeri, banyak yang telah merasa nyaman sehingga lalai mengembangkan dirinya. Di Papua, ada fenomena, status menjadi guru pegawai negeri banyak diincar sebab tiap bulan mendapat gaji, sementara hadir di sekolah dianggap tidak wajib.

Guru yang berkualitas selalu mengembangkan profesionalismenya secara penuh. Dia tak akan merengek-rengek meminta diangkat sebagai pegawai negeri atau guru tetap sebab pekerjaannya telah membuktikan, kinerjanya layak dihargai. Mungkin ini salah satu alternatif yang bisa dilakukan guru untuk mengembangkan dan mempertahankan idealismenya pada masa sulit. Namun, idealisme ini akan kian tumbuh jika ada kebijakan politik pendidikan yang mengayomi, melindungi, dan menghargai profesi guru. Pemerintah sudah seharusnya menggagas peraturan perundang-undangan yang melindungi profesi guru, tidak peduli apakah itu guru negeri atau swasta, dengan memberi jaminan minimal yang diperlukan agar kesejahteraan dan martabat guru terjaga.mr-kompas.
Doni Koesoema A Mahasiswa Pascasarjana Boston College Lynch School of Education, Boston

Senin, 17 November 2008

menuju yogya 8 nop 2008

IMG_3406.JPG
IMG_3392.JPG
IMG_3393.JPG
IMG_3395.JPG
IMG_3396.JPG
IMG_3398.JPG
IMG_3399.jpg
IMG_3400.jpg
IMG_3401.JPG
IMG_3402.jpg
IMG_3403.JPG
IMG_3404.JPG
IMG_3405.JPG
IMG_3407.JPG
IMG_3408.JPG
IMG_3410.JPG
IMG_3411.JPG
IMG_3434.JPG
IMG_3435.JPG
IMG_3438.jpg

Memacu Mutu lewat MDC

Memacu Mutu lewat MDC

By Republika Contributor

Secara strategis lembaga ini lahir sebagai jawaban terhadap peingkatan kualitas madrasah dan pondok pesantren. Madarasah dan pondok pesantren di wilayah Jawa Tengah (Jateng) tengah ‘bersolek’. Lembaga pendidikan Islam di daerah itu kini dipacu untuk meningkatkan mutu dalam upaya membangun budaya kreatif dan mengembangkan gagasan cerdas sehingga dapat berkompetisi, baik di tingkat lokal mau pun global. Upaya tersebut diwujudkan dengan membentuk Madrasah Deve lop ment Centre (MDC) atau pusat pengembangan madrasah.

Secara strategis, lembaga ini lahir sebagai jawaban terhadap peningkatan kualitas mad rasah dan pondok pesantren yang merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional. Ini sekaligus sebagai realisasi dari Surat Keputusan (SK) Dirjen Kelembagaan Agama Islam No. DJ.II/281A/02 dan SK Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah tahun 2005.

Dalam pelaksanaannya, MDC Jateng merupakan mitra bagi bidang pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia SDM) yang memiliki atau berminat pada pro gram-program sejalan. Posisi strategis MDC adalah lembaga pemikir semi otonom dan non-struktural di bawah lingkungan Kanwil Depag setempat. Tugas utamanya menjalankan salah satu fungsi penelitian dan pengembangan untuk peningkatan kualitas madrasah dan pesantren.

Lembaga ini dimaksudkan untuk menawarkan model paradigma pendidikan madrasah yang berorientasi pada terwujudnya masyarakat madani melalui upaya membangun budaya kreatif dan inovatif serta mem bantu mengembangkan eksperimentasi pendidikan madrasah dan pesantren di daerah itu. Dalam mengemban komitmen kependidikan, MDC Jateng mempersiapkan perangkat kelembagaan, program dan sumber daya manusia berkualitas dengan menyusun excellent team, supervisor, dan konsultan ahli pendidikan yang qualified dan berpengalaman. Visi yang diemban adalah menjadikan madrasah dan pesantren sebagai lembaga yang berkualitas, mandiri dan unggul. Misinya, menjabarkan ketetapan pusat (Depag) tentang pengembangan madrasah dan pesantren dalam berbagai aspek agar pelaksanaannya sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan daerah; merumuskan konsep dan aplikasi tentang pengembangan guru dan tenaga kependidikan yang berkualitas untuk madrasah dan pesantren; merumuskan konsep dan aplikasi tentang pengembangan kurikulum yang menyangkut tujuan, isi/bahan, me todologi, media, dan evaluasi; serta supervisi untuk peningkatan kualitas madrasah dan pesantren.

Selain itu, merumuskan konsep dan aplikasi tentang pengembangan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat serta kesiswaan untuk peningkatan kualitas madrasah dan pesantren. Hal yang sama dilakukan untuk pengembangan sarana dan prasarana serta menginformasikan dan mengadvoka- sikan perkembangan madrasah dan pesantren dalam berbagai aspek berdasarkan kondisi dan kebutuhan daerah.

Strategi Pengembangan
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Pedoman Umum tentang MDC dan SK Dirjen Kelembagaan Agama Islam Tahun 2002, maka MDC memiliki tugas meng kaji ketetapan pusat yang akan dilaksanakan berdasarkan kondisi dan kebutuhan daerah. Ini meliputi mengembangkan konsep, mengujicoba- kan, merekomendasikan kebijakan tindak lanjut dalam peningkatan kualitas madrasah dan pesantren dari aspek kelembagaan, guru dan tenaga supervisi, serta akreditasi, partisipasi ma syarakat dan kesiswaan, sarana dan prasarana, pembiayaan berdasarkan kondisi dan kebutuhan daerah. Juga mencatat, mengolah dan menginformasikan data serta mengadvokasi tentang kemadrasahan dan kepesantrenan.

Fungsi pusat pengembangan MDC meliputi pengkajian ketetapan dari pemerintah pusat tentang madrasah dan pesantren dalam berbagai aspek sehing ga dapat dilaksanakan di daerah sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah; perumusan konsep dan pengujicobaan serta tindak lanjut pengembangan guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk madrasah dan pesantren; perumusan konsep dan pengujico baan serta tindak lanjut pengembang an kurikulum (tujuan, isi/bahan, metodologi, media, evaluasi) pada madrasah dan pesantren; dan pe ru- mus an konsep dan pengujicobaan serta tindak lanjut pengembangan bentuk, jenis, jumlah sarana dan prasarana pada madrasah dan pesantren.

Strategi yang ditempuh dalam pengelolaan MDC terdiri atas segmentasi prioritas sasaran dengan lebih mengarahkan pada hal-hal yang lebih mudah dicapai pada level siswa dan kelas pada madrasah dan pesantren, serta kajian ketetapan pusat tentang madrasah dan pesantren sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah. Segmentasi prioritas sasaran pada level konteks adalah pengembangan kurikulum madrasah dan pesantren yang berciri khas ke- Islaman, termasuk supervisi dan akreditasi.

Segmentasi prirotas lainnya adalah pembinaan kelembagaan MDC, baik dari segi pengelolaan, kelembagaan, dan personalia; peningkatan koordinasi dan keterlibatan intelektual, cendekiawan, LSM yang memiliki kepedulian di bidang pendidikan, madrasah dan pesantren pada khususnya; peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan institusi fungsional di lingkungan Depag, khususnya yang bergerak dalam bidang penelitian, kemadrasahan dan pesantren; peningkatan kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta yang berminat dalam bidang madrasah dan pesantren; penggalian sumber dana dari berbagai pihak baik pemerintah, swasta, perseorangan, yayasan dan bantuan luar negeri yang tidak mengikat dalam rangka pengembangan madrasah dan pesantren. Bersamaan dengan itu, pengumpulan, pengolahan dan penyebarluasan fakta, data dan informasi serta advokasi kepada masyarakat lebih diintensifkan.

Dengan luas dan kompleksnya tugas fungsi dan strategi pengelolaan dan tanggungjawab yang harus diembannya, maka MDC harus ditunjang oleh suatu bentuk organisasi formal yang kuat, mampu secara operasional melayani segala kegiatan kajian, perumusan konsep dan pengembangan yang harus dilakukannya. Sesuai panduan umum pengelolaan MDC, organisasi dibantu tim pengarah sesuai dengan kapasitas, wawasan pengetahuan dan keilmuan terkait dengan bidang pendidikan.

Program yang telah dan sedang dilaksanakan antara lain Training of Trainer (TOT) pembuatan dan pemanfaatan media pembelajaran MIPA bagi guru pamong KKG MI, pada April- September 2007 bekerja sama dengan Learning Assistance Program for Islamic School (LAPIS)AusAID, penerbitan buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Konsep dan Implemen tasinya di Madrasah bekerja sama penerbit Pilar Media Jogjakarta, dan menjadi mitra utama Madrasah Education Development Project (MEDP) Depag. Program-program itu bermuara pada peningkatan kualitas lembaga pendidikan Islam di Jawa Tengah. ?
wildan hasan syadlili

Pengembangan Berbasis Perencanaan

Pengembangan Berbasis Perencanaan

By Republika Contributor

Program ini sangat baru. Sasarannya mencakup seluruh jenjang pendidikan. Karena sasarannya yang luas, maka hanya diperuntukkan bagi 500 madrasah di tiga provinsi.

Madrasah Education Development Project (MEDP) merupakan program terobosan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) untuk mendorong pendidikan madrasah agar berbenah diri dengan suatu perencanaan (Madrasah Development Plan/MDP) yang matang. Dari sini diharapkan madrasah secara mandiri mampu mengelola serta memberikan layanan pendidikan yang lebih baik kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.

Program ini berbeda dengan programprogram stimulan Direktorat Pendidikan Madrasah lainnya yang mendapatkan dukungan dana dari ADB maupun lembaga donor lain. Misalnya program DMAP Development Madrasah Aliyah Project) yang hanya berfokus pada pengembangan Madrasah Aliyah (MA), out put-nya lahir MAN Model. Atau program AIBEP (Australia-Indonesia Basic Education Project) yang masih berjalan hingga tahun ini, fokusnya hanya pada pendidikan dasar (MI dan MTs).

MEDP program domainnya sangat baru. Sasarannya mencakup seluruh jenjang/satuan pendidikan, dari tingkat dasar sampai menengah. Karena sasarannya yang luas, maka saat ini hanya diperuntukkan bagi 500 madrasah (MI, MTs, dan MA), tersebar di 27 kabupaten di tiga provinsi. Yakni, Jawa Timur (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Kediri, Malang, Jember, Jombang, Nganjuk, Ngawi, Bojonegoro, Lamongan, dan Bangkalan); Jawa Tengah (Cilacap, Banjarnegara, Wonosobo, Grobogan, Blora, Rembang, Demak, Batang, dan Pemalang), dan Sulawesi Selatan (Bantaeng, Sinjai, Bone, Maros, dan Jeneponto). Jika program ini berhasil, tidak menutup kemungkinan sasarannya akan dikembangkan secara lebih luas lagi.

Pada hakekatnya, program ini adalah salah satu bentuk perwujudan dari strategi jangka pendek pengembangan madrasah Ditjen Pendis dalam rangka memperkuat manajemen madrasah. Pelaksanaan program tersebut merupakan bentuk dukungan terhadap rencana strategi pengembangan madrasah secara menyeluruh yang ditargetkan 25 tahun ke depan. Dalam rencana strategis tersebut, prioritas pengembangan madrasah mencakup beberapa aspek. Antara lain tanggung jawab perencanaan yang didesentralisasikan kepada madrasah dan disversifikasi kelembagaan madrasah dengan menggunakan standar internasional, nasional dan lokal.

Prioritas pengembangan ini telah dilakukan dengan integrasi persiapan perencanaan strategis oleh Depag dan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Perencanaan ke depan dari Depag telah merefleksikan prioritas nasional dalam bidang pembangunan pendidikan.

Program MEDP ditujukan untuk men dukung upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan madrasah. Rasionalisasi menyeluruh dari desain program MEDP adalah mengombinasikan secara hati-hati antara intervensi supply side dengan sejumlah kunci tata kelola (governance) dan reformasi kelembagaan. Seleksi dari program intervensi dan reformasi kelembagaan didasarkan kepada faktafakta kunci yang menentukan peningkatan kualitas dan efisiensi internal.

Dimensi rasional lain yang digunakan dalam mendesain program MEDP, terfokus pada pemberian intervensi terhadap kabupaten yang memiliki tingkat kemiskinan warganya lebih kurang atau di atas 20 persen. Selain itu, tingkat populasi madrasah, khususnya swasta yang berukuran sedang lebih tinggi, ketidakberadaan program bantuan luar negeri lainnya, dan kesedian berpartisipasi dalam pelaksanaan program.

Berdasarkan kajian kondisi kabupaten dan kriteria pemilihan madrasah serta pendapat stakeholder, maka dipilih 500 madrasah [MI (206), MTs (236), dan MA (58)], yang berbasiskan masyarakat miskin. Proses seleksi didasarkan kepada tingkat kemiskinan siswa, besar-kecilnya madrasah, kualifikasi guru, serta kondisi geografis madrasah tersebut.

Secara garis besar, program MEDP bertujuan untuk peningkatan kualitas mutu lulusan madrasah. Hal ini dapat terukur dengan semakin banyaknya lulusan madrasah yang memasuki perguruan tinggi dan pendidikan lanjut lain, di samping meningkatnya ratarata jumlah lulusan yang memasuki lapangan pekerjaan. Selain itu, peningkatan akreditasi madrasah dengan ca ra membantu madrasah untuk memenuhi standar pendidikan di jenjang pendidikan dasar (MI, MTs, dan MA) sehingga dapat menyediakan pendidikan berkualitas sebagai bagian dari kerangka pendidikan nasional. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan jenjang akreditasi madrasah tersebut melalui proses akreditasi yang diselenggarakan oleh Badan Akreditasi Nasional.

Dari program ini diharapkan dapat berdampak pada jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek adalah meningkatnya kualitas, efisiensi, dan efektifitas pendidikan madrasah pada jenjang MI, MTs, dan MA. Indikator kuncinya mencakup peningkatan ratarata kelajuan dan retensi di dalam sistem madrasah; peningkatan performan (kinerja) siswa dalam berbagai jenjang pendidikan termasuk pengurangan jurang pemisah antara sistem pendidikan madrasah dan sekolah umum; pengurangan secara signifikan perbedaan kinerja (performance) siswa antar kabupaten/kota, khususnya di madrasah sasaran program; dan meningkatkan persepsi positif dari masyarakat sehubungan dengan kualitas pendidikan madrasah.

Jangka panjang, program ini diharap kan meningkatkan daya saing lulusan MA di pendidikan tinggi dan lapangan pekerjaan. Peningkatan daya saing ini ditunjukkan dengan peningkatan ratarata jumlah lulusan MA yang memasuki perguruan tinggi dan pendidikan lanjut lainnya. Peningkatan daya saing juga dapat diukur rata-rata jumlah lulusan yang memasuki lapangan pekerjaan dengan gaji yang relatif lebih baik.

Agar program ini dapat dikelola secara efektif, telah disusun unit organisasi yang melibatkan berbagai komponen baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten. Di tingkat pusat dibentuk tim pengarah (Project Steering CommitteePSC) yang menca kup perwakilan dari beberapa departemen, dipimpin oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam dan pengelola program (Project Manajemen UnitCPMU) yang dipimpin oleh Direktur Madrasah.

CPMU sepenuhnya bertanggung jawab terhadap terpenuhinya perencanaan rinci dan jadwal pelaksanaan program; pengadaan barang dan jasa sebagaimana yang ditetapkan; rekrutmen dan supervisi internasional dan nasional konsultan; akutansi program termasuk pengaturan audit yang diperlukan; usulan dan pelaksanaan penarikan dana secara berkala; pengelolaan rekening; dan laporan kepada ADB tentang progres pencapaian program.

CPMU dibantu secara konseptual dan teknis oleh tim teknis (konsultan implementasi) dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Namun saat ini tim teknis yang sudah direkrut baru sebatas tenaga profesional, terdiri atas konsultan dan tenaga spesialis lainnya yang telah direkrut secara individual oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam sesuai dengan kebutuhan keahlian dalam pelaksanaan program.

Di setiap propinsi juga telah dibentuk Unit Koordinator Provinsi (PCU) yang bertanggungjawab untuk mensupervisi pelaksanaan program di masing-masing provinsi. PCU dipimpin Kepala Bidang Mapenda, dibantu oleh staf Mapenda serta penasihat program dan fasilitator yang ditugaskan di 3 PCU untuk memberikan dukungan teknis dalam implemetasi program.

Madrasah Development Center (MDC) di masing-masing provinsi juga mengambil bagian dalam program pelatihan. MDC bertanggung jawab terhadap kegiatan pemantauan dan evaluasi (monitoring and evaluation) program di provinsi, termasuk mendukung pelaksanaan penjaminan mutu pembelajaran dan proses akreditasi madrasah. Sedangkan, Staf Kandep Depag dan pengawas telah mengambil bagian di dalam program-program pelatihan dan mendukung kerja fasilitator. Mereka juga diharapkan dapat membantu pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, termasuk melaksanakan kegiatan pembimbingan kepada madrasah.

Indonesia Juara Umum Olimpiade Matematika dan Sains

Indonesia Juara Umum Olimpiade Matematika dan Sains


MATARAM -- Siswa-siswa SD Indonesia layak dibanggakan. Untuk kali kelima, siswa-siswa SD wakil Indonesia kembali berhasil meraih juara umum dalam ajang olimpiada matematika dan sains internasional (International Mathematics and Science Olympiad/IMSO) tingkat sekolah dasar (SD) kelima. Indonesa menyabet 8 medali emas, 10 perak, dan 13 perunggu.

''Anak-anak kita pantas mendapatkan prestasi karena sudah berlatih sejak jauh-jauh hari. Prestasi ini juga kebanggaan kita di momen satu abad Kebangkitan Nasional,'' ujar Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Suyanto, saat penutupan IMSO ke-5, Kamis malam (13/11).

Menurut Suyanto, Indonesia berhasil meraih medali terbanyak di antara sembilan negara peserta lainnya yakni Taiwan, Hongkong, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Brunai Darussalam, Srilanka, dan Nigeria. Indonesia juga sukses mengungguli saingan terberatnya Taiwan dan Singapura yang menduduki posisi dua dan tiga. ''Keberhasilan Indonesia untuk menjadi juara umum lima kali berturut-turut adalah kebanggaan yang pantas diraih putra-putri Indonesia,'' jelasnya.

Pada kontes yang sama tahun 2007 lalu, Indonesia mendapatkan 6 emas, 8 perak dan 12 perunggu. ''Tahun ini kita targetkan tetap juara umum. Ternyata berhasil dengan tambahan dua emas,'' ungkap Suyanto.Direktur Pembinaan TK-SD Mandikdasmen Depdiknas, Mudjito AK menambahkan, prestasi pelajar Indonesia yang gemilang ini bukan tanpa persiapan. Sejak Februari 2008 lalu, anak-anak itu sudah berlatih keras. ''Bahkan, beberapa di antaranya sudah mengikuti lomba serupa di Thailand pada akhir Oktober lalu dan menduduki posisi ketiga di bawah Cina dan tuan rumah Thailand,'' ujarnya.

Indonesia mengirimkan 36 peserta yang terbagi dalam dua kategori yakni matematika dan sains. Sementara total keseluruhan peserta dari sembilan negara lainnya ada 171 orang. Selain meraih medali terbanyak, beberapa siswa juga meraih predikat the best. Untuk kategory the best exploration dalam bidang matematika diraih Stevano Chiesa Suryanto. Kategori the best experiment untuk bidang sains diraih Valentino Sudarno.

IMSO merupakan arena kompetisi individual dalam bidang matematika dan sains yang cukup prestisius. Materi soal berdasarkan kurikulum jenjang SD, buku-buku yang relevan serta sumber-sumber relevan yang lain. Jenis tes yang diberikan adalah matematika dan sains. Keduanya meliputi tes teori, eksplorasi, dan eksperimen. mr-republika

Pendidikan Berwawasan Lingkungan

Pendidikan Berwawasan Lingkungan


Oleh: Slamet Widiantoro, S.Pd
Guru Sains SD Muhammadiyah Condongcatur, Yogyakarta


Musibah bertubi-tubi melanda negeri ini mulai dari gempa bumi, tsunami, gunung meletus, puting beliung, tanah longsor. Dan, terakhir-terakhir ini di musim penghujan ada daerah-daerah yang menjadi langganan bencana banjir, atau bencana yang lebih besar lagi bagi dunia yaitu adanya pemanasan global yang luar biasa dampaknya bagi bumi kita.

Bencana-bencana di atas tentunya secara langsung atau tidak langsung akan membawa dampak terhadap dunia pendidikan kita. Karena, dengan adanya bencana yang melanda tersebut maka banyak yang menjadi korban pendidikan, mulai dari fasilitas pendidikan dengan rusaknya bangunan sekolah, rusaknya transportasi menuju sekolah, atau terendamnya sarana sekolah lain karena banjir.

Belum lagi dampak psikologis yang dialami oleh anak akibat bencana tersebut. Tentunya kita masih teringat di tayangan televisi bencana tsunami di Aceh atau gempa bumi 27 Mei yang melanda di Yogyakarta bagaimana anak-anak menangis karena kehilangan saudara-saudaranya.

Bencana-bencana ini tentunya tidak lepas hanya sekadar dari peristiwa alam biasa. Tentunya, ada faktor kesalahan manusia baik itu secara fisik atau ada hubungannya dengan perusakan alam atau secara nonfisik akibat dari banyaknya kesalahan-kesalahan yang diakibatkan dari tingkah laku manusia. Sehingga, sang pencipta memberikan peringatan atau hukuman-Nya.

Dengan melihat latar belakang di atas tentunya kita melihat sangat perlunya pendidikan yang berwawasan lingkungan sejak dini. INi untuk mempersiapkan anak-anak kita yang siap mencegah dan menghadapi bencana lingkungan.

Pendidikan berwawasan lingkungan ini tentunya secara tidak langsung sudah terdapat di dalam kurikulum atau materi di sekolah dasar salah satunya dalam bidang studi IPA. Namun, dalam pelaksanaannya masih dirasa kurang karena permasalahan bencana tidak semata-mata hanya karena proses alam saja. Juga, diakibatkan dari pengaruh akhlak dari anak-anak bangsa, sehingga memang sangat diperlukan keterpaduan dalam pendidikan lingkungan ini. Sehingga, pendidikan lingkungan bisa diintergrasikan masuk juga dalam pelajaran yang lain misalnya IPS, agama, bahasa Indonesia, bahsa Jawa, bahkan matematika.

Sehingga, dari sini penting diperlukan adanya pembelajaran tematik tentang tema lingkungan di kelas. Walaupun sekarang sudah dikenalkan metode pembelajaran ini namun kita mengamati masih banyak dilakukan pada kelas-kelas kecil. Karena, di kelas atas ada guru bidang studi, hal ini kadang sebagian guru kita terjebak dalam dikotomi pendidikan. Sehingga, ketika kita berbicara IPA maka ada maka kita hanya berbicara IPA kita tidak membicarakan masalah agama, sosial, atau bahasa.

Pembelajaran tematik yang berhubungan dengan lingkungan ini agar lebih menarik bisa diwujudkan dengan field trip misalnya. Field trip ini bisa dalam bentuk pengenalan lingkungan sekitar misalnya saja pergi ke sawah. Di sawah anak bisa mempelajari semua pelajaran yang ada. Misalnya, untuk mempelajari IPA bisa dikenalkan dengan cara perkembangbiakan tanaman, pelajaran matematika belajar simetri lipat pada daun, pelajaran bahasa Jawa berlatih berbicara bahasa jawa dengan pak tani, pelajaran bahasa indonesia dengan menulis puisi, pelajaran KTK dengan menggambar pemandangan, pelajaran olah raga misalnya adanya game-game dengan lumpur di sawah.

Dengan adanya pembelajaran ini mungkin lebih membawa makna tersendiri bagi anak karena anak praktik langsung, selain mengurangi rutinitas pembelajaran di kelas. Walaupun tentunya membawa konsekuensi bagi guru karena harus bekerja ekstra dengan pengawasan anak di luar kelas.

Model pembelajaran lingkungan ini tidak hanya dengan model seperti di atas. Ada sekolah dengan media terbatas dapat melakukan dengan pemutaran film atau CD tentang lingkungan, membuat kliping bencana alam, mendaur ulang limbah rumah tangga, membuat taman, mempraktikkan simulasi gempa, yang hal ini sering dilakukan oleh negara maju seperti Jepang yang sering terjadi bencana gempa.

Untuk mengenalkan anak terhadap teknologi lingkungan anak-anak membuat model alat yang berhubungan dengan penangan bencana misalnya alam banjir atau alam gempa. Bisa juga dengan berkunjung ke suatu tempat pengolahan limbah industri, atau pendaurulangan sampah rumah tangga.

Bekerja sama dengan LSM yang berkecimpung dengan lingkungan atau stake holder yang peduli terhadap lingkungan untuk datang ke sekolah memberikan pelatihan juga menjadi alternatif bagi sekolah yang tidak memiliki dana atau kemampuan yang cukup untuk memberikan hal-hal seperti di atas. Sehingga, dengan cara ini tidak menjadi sesuatu yang memberatkan bagi sekolah.

Pembelajaran seperti di atas sudah diterapkan oleh beberapa sekolah yang memang di sekolahnya memiliki kurikulum pendidikan berwawasan lingkungan atau adanya guru-guru yang peduli terhadap lingkungan. Namun, dirasa akan lebih membawa dampak yang besar jika diwujudkan oleh seluruh sekolah negeri ini.

Dari uraian di atas kita melihat begitu pentingnya pendidikan lingkungan sejak dini agar anak memiliki wawasan lingkungan yang lebih luas dan diharapkan dapat peduli terhadap lingkungan di daerahnya dan tentunya siap menghadapi bencana akibat lingkungan. Dari pembahasan di atas pula kita berpikir tidak diperlukannya pendidikan lingkungan sebagai suatu pelajaran yang berdiri tersendiri. Karena, bisa terintegrasi dengan bidang studi yang lain dalam bentuk model pembelajaran tematik.mr-republika

Mendongkrak Prestasi Matematika

Mendongkrak Prestasi Matematika


Phobia matematika masih kerap menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA, bahkan hingga perguruan tinggi.

Beberapa tahun lalu, hasil penelitian The Third International Mathematic and Science Study Repeat (TIMSS-R) menyebutkan bahwa di antara 38 negara, prestasi siswa SMP Indonesia berada pada urutan 34 untuk matematika. Sementara, hasil nilai matematika pada ujian nasional, pada semua tingkat dan jenjang pendidikan selalu terpaku pada angka yang rendah.

Keadaan ini tentu sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Pasalnya, matematika merupakan induk ilmu pengetahuan. Tapi, ternyata matematika hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan.

Rasa takut terhadap pelajaran matematika alias phobia matematika masih kerap menghinggapi perasaan para siswa dari tingkat SD sampai dengan SMA, bahkan hingga perguruan tinggi. Padahal, matematika bukan pelajaran yang sulit. Dengan kata lain, sebagaimana dituturkan oleh ahli matematika ITB Iwan Pranoto, setiap orang bisa bermatematika.

Menurut Iwan, masalah fobia matematika kerap dianggap sangat krusial dibandingkan bidang studi lainnya karena sejak SD bahkan TK, siswa sudah diajarkan matematika. Kalau fisika, baru diajarkan di tingkat SMP. Karena itu, fobia fisika menjadi tidak begitu krusial dibandingkan matematika. Apalagi Kimia yang baru diajarkan ketika tingkat SMA.

Agar matematika menjadi menarik, banyak hal penting yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah faktor kreativitas guru. Yakni, kreativitas guru dalam menyampaikan materi atau kreativitas dalam hal menyajikan materi matematika pada murid-muridnya. Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) Depdiknas Baedhowi menyatakan, para guru dituntut lebih kreatif dalam mengajar untuk menumbuhkan minat belajar para siswa.

Guru, kata Baedhowi, juga dituntut kreatif mengembangkan kemampuan mengajar dan mengembangkan pedagogik dalam proses pembelajaran. Wawasan guru juga diharapkan tidak terjebak pada buku teks semata. '''Jiwa enterpreneurship yang dimiliki oleh seorang guru bukanlah enterpreneurship seperti seorang pengusaha, tetapi terkait kreativitas,'' ujarnya.

Menurut Baedhowi keterampilan seperti memasak dan membuat alat peraga pendidikan yang sederhana merupakan contoh nyata sebuah kreativitas. Guru-guru membuat alat peraga sederhana, lanjut dia, adalah bentuk suatu kreativitas. ''Jadi, yang namanya belajar tidak harus beli alat dari pabrik, tetapi bisa bikin sendiri. Bejana berhubungan bisa dibikin sendiri. Untuk menjelaskan pelajaran matematika dapat menggunakan lidi,'' jelasnya.

Bila guru kreatif dalam cara mengajarnya, kata Baedhowi, kemungkinan besar matematika yang diajarkannya tersebut akan menarik bagi siswa. ''Tak lagi ditakuti apalagi dibenci,'' tegasnya.

Selain itu, untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas guru matematika, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) bekerja sama dengan Netherlands Education Support Office (Neso) memberikan beasiswa Program Master (S2) ke Belanda. Beasiswa diberikan bagi dosen dan calon dosen baru (CTAB) yang berkualifikasi Sarjana Pendidikan Matematika atau Matematika, serta guru Matematika sekolah.

Lebih khusus lagi, program yang diprakarsai oleh tim Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ini ditujukan untuk pengembangan double degree tingkat master di bidang Pendidikan Matematika Realistik atau Terapan. Kerja sama ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Direktur Ketenagaan Ditjen Dikti Depdiknas Muchlas Samani dengan Direktur Neso Indonesia Marrik Bellen, pada Kamis (30/10). Hadir menyaksikan penandatanganan MoU Direktur Jenderal Dikti Depdiknas, Fasli Jalal.

Fasli mengatakan, para penerima beasiswa akan mendapatkan pengalaman satu tahun belajar di Belanda dan setelah lulus akan mendapatkan ijazah internasional. Dia berharap, dengan kerja sama ini maka pendidikan guru dan dosen matematika di Indonesia akan makin meningkat mutunya. ''Setara dengan di luar negeri,'' katanya.

Muchlas menyampaikan, pada 2008 sebanyak 15 orang akan mendapatkan beasiswa penuh dari Neso dan Ditjen Dikti. Dia menjelaskan, program ini akan dilaksanakan selama dua tahun dan dua bulan. Perkuliahan dilaksanakan selama delapan bulan di Indonesia yakni di Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Sriwijaya Palembang, serta selama satu tahun di University of Utrecht Belanda. ''Selanjutnya, mahasiswa akan melakukan penelitian selama enam bulan di Indonesia,'' katanya.

Adapun persyaratan untuk mendapatkan beasiswa adalah warga negara Indonesia, Pendidikan minimal S1 Pendidikan Matematika atau Matematika dengan IPK mimimal 2,75 dan memiliki pengalaman kerja di bidang matematika minimal dua tahun di institusi terakhir atau telah ditunjuk secara formal oleh rektor menjadi pengajar di institusi yang bersangkutan sebagai CTAB.

Syarat lainnya adalah bersedia mengikuti dan menyelesaikan seluruh perkuliahan selama menerima beasiswa, memiliki kemampuan bahasa Inggris yang cukup baik (ITP TOEFL minimal 450), kondisi kesehatan yang baik, tidak menempuh studi di luar negeri dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Usia tidak lebih dari 40 tahun untuk pria, dan 45 untuk wanita per 1 Desember 2009. Batas akhir registrasi pada 31 Desember 2008.

Formulir pendaftaran dapat diunduh di laman www.pmri.or. id. ''Gelar yang diterima nanti adalah Master of Science (MSc) dalam bidang pendidikan matematika,'' cetus Muchlas.

Sementara, Fasli berharap dengan adanya program tersebut, akan memperkuat program studi matematika realistik di Indonesia. ''Kualitas lulusannya internasional dan memiliki standar untuk mengajar di sekolah-sekolah berstandar internasioal,'' tegasnya.


Jawara di Kompetisi Matematika

Secara keseluruhan, prestasi siswa-siswa Indonesia di bidang matematika mungkin masih dinilai rendah. Namun di level internasional, beberapa siswa terpilih justru menunjukkan diri mampu berprestasi maksimal di bidang matematika sepanjang tahun 2008.

Yang paling terbaru, para siswa Indonesia berhasil meraih tiga medali emas, 16 medali perak, dan 30 medali perunggu pada ajang Kompetisi Matematika Internasional atau International Mathematic Competition (IMC) 2008 yang diselenggarakan di Chiang Mai, Thailand pada 25 hingga 30 Oktober 2008.

Hasil peroleh medali itu menempatkan Indonesia pada posisi tiga setelah Cina dan Taiwan. Peringkat Indonesia berada di atas tuan rumah Thailand. IMC 2008 diikuti oleh 580 siswa dari 25 negara. Pada ajang ini, Indonesia mengirimkan sebanyak 38 siswa dan sebanyak 36 siswa berhasil meraih medali.

Sebelumnya, para siswa Indonesia juga memperlihatkan prestasinya di kancah internasional. Ketika, mereka berhasil merebut lima medali emas, dua perak, dan tiga perunggu dalam 12th Po Leung Kuk Primary Mathematics World Contest (PMWC) di berlangsung Hongkong pada 12 hingga 16 Juli 2008.

Para siswa Indonesia pada 10 hingga 22 Juli 2008 lalu melalui Tim Olimpiade Matematika Indonesia juga meraih medali perak, dan dua perunggu, serta dua penghargaan 'honorable mention' pada International Mathematics Olympiad (IMO 2008) yang berlangsung di Madrid, Spanyol.

Agaknya, pembelajaran dan pelatihan yang diperoleh para peserta kompetisi dan olimpiade ini bisa diterapkan kepada seluruh siswa di Indonesia untuk mendongkrak prestasi matematika secara keseluruhan.mr-republika

Nasib Guru Bantu

Nasib Guru Bantu


Pemerintah bahkan akan menghentikan kucuran dana untuk honor guru bantu.

Nasib guru bantu mungkin semakin tak menentu. Bagaimana tidak, keberadaan guru bantu sepertinya dihargai murah dengan sebuah titik yang belum jelas hingga kini. Harapan beberapa guru bantu untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS) pun seperti menjadi harapan yang tak pasti Pemerintah memang telah menetapkan anggaran pendidikan naik menjadi 20 persen pada RAPBN 2009. Sebagai konsekuensinya, semua guru PNS akan memperoleh tunjangan kesejahteraan minimal menjadi Rp 2 juta per bulan. Rata-rata kesejahteraan guru PNS pun akan meningkat sekitar 14 hingga 15 persen. Namun, berita gembira ini justru tak akan dinikmati para guru bantu.

Pemerintah bahkan akan menghentikan kucuran dana untuk honor guru bantu. Penghentian honor guru bantu tersebut dilakukan seiring habisnya tenggang waktu pengangkatan 261 ribu guru bantu yang dilakukan pemerintah secara maraton dua tahun berturut-turut sejak 2006 silam. Sesuai rencana pemerintah, proses pengangkatan guru bantu selesai akhir 2007 atau selambatnya pertengahan 2008. ''Jadi kalau ada guru bantu yang belum menjadi CPNS, itu bukan berarti pemerintah harus menambah honor mereka,'' ujar Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Baedhowi di sela workshop pemanfaatan anggaran pendidikan hasil kerja sama Pusat Informasi dan Humas Depdiknas dengan Forum Wartawan Pendidikan, Sabtu (8/11).

Baedhowi mengakui, pada saat pemerintah merencanakan bakal mengangkat guru bantu tahun 2006, total honor mereka sudah disiapkan dan disalurkan melalui dana alokasi umum (DAU). Besarnya DAU yang disiapkan sesuai dengan masa kontrak berakhir atau pengangkatan akhir menjadi CPNS. ''Karena itu, meski saat ini masih ada sekitar 50 ribu guru bantu yang belum diproses menjadi CPNS, mestinya pemerintah pusat tidak lagi bertanggung jawab terhadap kelanjutan honor mereka,'' jelasnya. Logikanya, kata Baedhowi, selama dua tahun terakhir para guru bantu sudah diangkat dan honor otomatis sudah melekat melalui DAU. ''Jadi kami mestinya sudah tidak bertanggung jawab terhadap mereka,'' tegasnya.

Dari 50 ribu guru bantu yang belum diangkat menjadi CPNS, 28.505 orang di antaranya sudah melalui tahap pemberkasan. Jumlah guru bantu yang belum pemberkasan namun datanya sudah ada di Badan Kepegawaian Negara (BKN) tercatat 10.862 orang dan 9.822 orang belum masuk database BKN. Sementara, 1.347 di antaranya tidak bisa diangkat menjadi CPNS karena faktor usia. Meski sebenarnya pemerintah tidak lagi bertanggung jawab terhadap kelanjutan honor guru bantu, namun Baedhowi mengaku sudah mengajukan alokasi dana tambahan untuk guru bantu. ''Setidaknya untuk kurun waktu tiga bulan sampai proses pemberkasan CPNS mereka selesai,'' cetusnya.

Sementara itu, Sekjen Depdiknas Dodi Nandika mengaku masalah guru bantu seharusnya memang sudah selesai akhir 2007. Sebab, sejak awal pemerintah sudah menyatakan komitmennya untuk mengangkat mereka menjadi CPNS selambatnya akhir 2007. ''Tahun ini diharapkan semua guru bantu sudah diangkat jadi CPNS. Kami juga sudah menutup formasi guru bantu,'' jelasnya.Sebelumnya, dalam beberapa bulan terakhir, para guru bantu kerap berdemonstrasi termasuk di depan gedung DPR. Mereka menuntut DPR membuat peraturan pengangkatan guru bantu menjadi PNS.

Koordinator demonstrasi guru bantu, Edi Sudiyo, mengatakan, PP 43/2007 tentang pengangkatan PNS akan berakhir Januari 2009. Hal itu menyebabkan guru bantu kehilangan landasan hukum menuntut hak diangkat menjadi PNS. ''Nanti kita tidak lagi punya dasar hukum,'' ujarnya.

Menurut Edi, guru bantu mengalami diskriminasi selain karena tidak dilaksanakannya PP 43, juga lantaran mereka mengalami penundaan pengangkatan, dan belum menerima honor guru bantu sejak Januari 2008. Diskriminasi itu tidak sesuai Undang-undang Guru yang meniadakan pembedaan kesempatan antara guru bantu dan guru tidak tetap (honorer) untuk mengajukan diri menjadi PNS. ''Padahal sudah tidak ada lagi dikotomi antara guru bantu dan guru tidak tetap di sekolah negeri,'' ingatnya.

Edi juga mengeluhkan pembedaan gaji guru bantu dan gaji guru tidak tetap yang sebagian besar mengajar di sekolah negeri. Gaji guru tidak tetap Rp 1.800.000 per bulan, sedangkan gaji guru bantu Rp 710.000 per bulan ditambah biaya kesejahteraan Rp 500.000. ''Itu juga belum dibayar,'' ujarnya.Nasib guru bantu juga kian tak jelas ketika rapat gabungan antara pemerintah dan DPR di Gedung DPR/MPR, Agustus 2008 lalu hanya akan membentuk tim kecil. Tim kecil ini baru sebatas akan berkoordinasi membuat peraturan pemerintah soal pengangkatan guru bantu dan tenaga honorer. eye

Ikhtisar:

- Penghentian honor guru bantu tersebut dilakukan seiring habisnya tenggang waktu pengangkatan 261 ribu guru bantu yang dilakukan maraton sejak 2006 silam.

- Dari 50 ribu guru bantu yang belum diangkat menjadi CPNS, 28.505 orang di antaranya sudah melalui tahap pemberkasan.

Luput dari Perhatian

Keberadaan guru honorer yang mengajar di sekolah-sekolah swasta ternyata juga masih luput dari perhatian. Pasalnya, hingga saat ini honor mereka masih jauh dari layak. Pengamat pendidikan Universitas Sumatra Utara (USU), Zulnaidi MHum, seperti dilansir kantor berita Antara, pekan lalu, mengatakan, honor guru honorer dihitung berdasarkan jam tatap muka. Sekali tatap muka rata-rata dibayar Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, tergantung sekolah tempat mereka mengajar.

Menurut Zulnaidi, dalam sebulan rata-rata mereka paling tinggi hanya mampu mengajar lima sampai enam kali pertemuan. ''Jadi kalau dikalikan Rp 10 ribu, dalam sebulan paling tinggi mereka akan mendapat honor sebesar Rp 60 ribu,'' ujarnya. Bagi mereka yang sudah memiliki keluarga dengan dua atau tiga anak, uang Rp 60 ribu itu tidak akan berarti apa-apa. ''Situasi inilah yang banyak dialami guru honor kita, bahkan ada yang sampai bertahun-tahun tidak diangkat sebagai guru tetap di yayasan,'' katanya.

Selain itu, kata Zulnaidi, keikutsertaan guru honor juga tertutup dalam sertifikasi guru karena salah satu syarat untuk ikut sertifikasi adalah memiliki Surat keputusan (SK) dari yayasan tempat mereka mengajar sebagai bukti menjadi guru tetap di sekolah tersebut. Tidak adanya SK yayasan membuat kesempatan guru swasta untuk ikut uji sertifikasi menjadi terhalang. Kondisi ini merugikan mereka yang seharusnya juga berhak mendapatkan tunjangan kesejahteraan dari pemerintah. ''Untuk itu, seharusnya pihak yayasan segera mengangkat guru-guru yang mengajar di sekolah yang dinaunginya,'' cetusnya.

Zulnaidi menambahkan, pemerintah pusat dan daerah tidak bisa tinggal diam melihat kondisi tersebut. Jika yayasan tidak bisa memberikan gaji guru yang besarnya minimal upah minimum regional per bulan, lanjut dia, kekurangannya seharusnya disubsidi pemerintah pusat dan daerah.mr-republika

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang Islami

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang Islami

Oleh: Dede Munajat SPd
Guru PKn SMP Negeri 1 Anjatan Kabupaten Indramayu

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada hakikatnya merupakan sebuah upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan ke arah peningkatan mutu. Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, sekolah dan masyarakat, yang termasuk ke dalam steakholders pendidikan.

Sejalan dengan masa reformasi, maka UU tentang Sistem Pendidikan Nasional ini membangun paradigma baru dalam pendidikan yaitu memberikan otonomi kepada setiap daerah untuk me- manage pendidikan yang ada di daerahnya sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Konsep peningkatan mutu pendidikan beralih menjadi tanggung jawab sekolah, dengan pola manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).

Pelaksanaan MPMBS menghendaki penggunaan mutu sebagai konsep yang dinamis atau relatif, tidak mutlak, hal ini dapat dilihat dari visi, misi dan tujuan yang ditetapkan oleh tiap sekolah. Pengukuran mutu lulusan suatu sekolah berdasarkan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum disebut sebagai quality in fact. Standar yang dipakai untuk pengukurannya adalah standar proses dan pelayanan yang sesuai dengan spesifikasi dalam perencanaan, cocok dengan tujuan pendidikan dan dilaksanakan dengan zero defects (tanpa kesalahan) atau right first and every time.

Dari sisi pelanggan yaitu orang tua siswa dan masyarakat, mutu pendidikan dapat didefinisikan sebagai pemenuhan selera dan kebutuhan pelanggan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat meningkatkan keinginan, minat dan kebutuhan mereka yang disebut quality in perception. Standar yang dipakai adalah standar pelanggan yaitu kepuasan pelanggan yang dapat meningkatkan permintaan dan harapan pelanggan yaitu orang tua siswa, dan masyarakat lingkungannya. Dalam era globalisasi, quality in perception didasarkan atas tuntutan masyarakat internasional, yang oleh karena itu mutu akademik pendidikan Indonesia ditinjau dalam komparasi internasional.

Berdasarkan data Human Development Index menunjukkan bahwa pada tahun 2003 IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia berada pada ranking 112, di bawah Vietnam yang berada pada ranking 111, sedangkan data pada tahun 2004 Indonesia berada pada ranking 111, sedikit di atas Vietnam yang berada pada ranking 112 dari 127 negara yang diukur. Maka berdasarkan hasil tersebut tingkat komparasi mutu pendidikan Indonesia masih rendah.

Paradigma pendidikan yang dianut oleh Pemerintah Indonesia adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya, di mana menurut Hari Suderadjat sebagai umat muslim profil manusia seutuhnya, secara filosofik sesuai dengan petunjuk Allah SWT, yaitu sosok insan ulil-albab (QS 3:190). Sosok insan ulil-albab memiliki karakteristik, yaitu pertama beriman dan bertaqwa (imtaq); kedua, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek); ketiga, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan manusia; dan keempat, selalu berpegang pada petunjuk Allah karena takut azab neraka (QS 3:191). Sosok insan ulil-albab adalah sosok manusia seutuhnya karena ia memiliki nilai-nilai dan taqwa (afektif), memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi (kognitif), dan mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (psikomotor).

Apabila dihubungkan dengan ranah pendidikan dari pemahaman konsep KBK, bahwa keseluruhan pengetahuan yang dimiliki termasuk kognitif, nilai dan sikap yang direfleksikan termasuk afektif kemudian kebiasaan berpikir dan bertindak termasuk psikomotor. Jadi dari kurikulum tahun 2004 dan 2006 itu pada dasarnya sama, keduanya berbasis kompetensi walaupun yang untuk kurikulum 2004 disebut KBK dan kurikulum 2006 disebut dengan KTSP. Kemudian dalam pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2006 ini setiap sekolah diberikan kebebasan dalam membuat kurikulumnya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerahnya masing-masing. Intinya dari kurikulum yang akan dibuat harus sesuai dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan standar isi yang telah dibuat oleh BSNP dengan menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasarnya.

Manajemen pendidikan dalam era UUSPN 1989 sangat sentralistik dibandingkan dengan manajemen pendidikan pada era UUSPN 2003 yang bernuansa desentralistik. Terbukti, dengan setiap sekolah membuat kurikulum tingkat satuan pendidikan yang mempunyai ciri khusus dengan visi, misi, dan tujuan yang telah dirumuskan oleh tim sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sekolah melaksanakan manajemen berbasis sekolah dalam rangka mengaplikasikan Undang-Undang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Sistem Nasional Pendidikan yang mengatur delapan standar pendidikan yang harus dimiliki oleh setiap satuan pendidikan, agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Apabila setiap insan Indonesia memahami bahwa pendidikan adalah ibadah, maka setiap langkah dan usaha yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan dengan penuh rasa kesadaran, keikhlasan dan tanggung jawab yang tinggi sehingga berhasil secara optimal.

Kurikulum tahun 2006 memberikan peluang kepada setiap sekolah untuk kreatif dan melakukan inovasi dalam pendidikan, misalnya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang islami dengan cara membuat kurikulum yang membentuk akhlak mulia dari setiap peserta didik. Maka dari itu kita sebagai guru yang profesional harus dapat mengkaji setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang tealh disediakan oleh BSNP jangan langsung diadopsi tetapi boleh diadaptasi yang disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik lingkungan setempat sehingga dapat berguna bagi sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.mr-republika

Rabu, 12 November 2008

Istiqamah

Istiqamah

By A. Ilyas Ismail, MA
Istiqamah
Suatu hari sahabat Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat kepada Nabi saw agar dengan nasihat itu, ia tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah saw bersabda, ''Qul Amantu Billah Tsumma Istaqim'' (Katakanlah, aku beriman kepada Allah, dan lalu bersikaplah istiqamah!). (H.R. Muslim).

Sabda Nabi di atas tergolong singkat, tetapi sangat padat. Menurut Qadhi 'Iyadh, hadits ini ekuivalen dengan firman Allah, ayat 30 surah Fusshilat, yang mengajarkan agar kita bersikap konsisten dan istiqamah dalam beragama, yakni senantiasa beriman kepada Allah swt dan senantiasa menjalani semua perintah-Nya. (Syarkah Shahih Mislim, juz 2/9).

Istiqamah, seperti terlihat di atas, merupakan usaha maksimal yang dapat dilakukan oleh manusia untuk senantiasa berada di jalan Allah swt. Karena itu, tidak setiap orang dapat memiliki sifat istiqamah. Sifat istiqamah, menurut sufi Abu al-Qasim al-Qusyairi, hanya dimililki oleh orang-orang yang benar-benar beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Mengenai keutamannya, Qusyairi berkata, ''Barang siapa memiliki sifat istiqamah, maka ia akan meraih segala kesempurnaan dan segala kebajikan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sifat istiqamah, maka semua usahanya akan sia-sia dan semua perjuangannya akan kandas.''

Tak heran bila sikap istiqamah itu menjadi harapan dan dambaan para sufi. Sufi sejati, menurut Ibn 'Athaillah al Sakandari, tak pernah mengharap keramat (al-Karamah), tetapi mengharap istiqamah, yakni sikap konsisten dalam beragama. Bahkan keramat yang sesungguhnya bagi mereka adalah sikap istiqamah itu. Sedang keramat dalam arti memperoleh sesuatu yang luar biasa (al-Khariq al-'Adat) sama sekali tak berharga dan tak ada artinya buat mereka.

Mengapa? Jawabnya, karena keramat semacam ini dapat diperoleh oleh siapa saja dan seringkali membuat tuannya sesat dan tergelincir. Sedang sifat istiqamah, selain hanya dimiliki oleh orang-orang yang takwa, juga dapat melapangkan jalan baginya menuju Allah swt, Sang Kebenaran Mutlak (Syarh Kitab Hikmah, juz 2/14).

Seorang disebut istiqamah, menurut riwayat yang bersumber dari Kulafa' al-Rasyidin, bila ia konsisten dalam empat hal. Pertama, konsisten dalam memegang teguh aqidah tauhid. Kedua, konsisten dalam menjalankan syari'at agama baik berupa perintah (al-awamir) maupun larangan (al-nawahi). Ketiga, konsisten dalam bekerja dan berkarya dengan tulus dan ikhlas karena Allah. Keempat, konsisten dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan baik dalam waktu lapang maupun dalam waktu susah.

Dalam sifat istiqamah, seperti terlihat di atas, terkandung sifat-sifat yang luhur dan terpuji, seperti sifat setia, taat asas, tepat janji, dan teguh hati. Untuk itu, Allah swt menjanjikan kepada orang-orang yang istiqamah balasan yang besar. ''Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, 'Tuhan kami ialah Allah' kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah para penghuni sorga; mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan'' (Al-Ahqaf, 13-14). Semoga kita bisa istiqamah dalam segal hal.mr-republika

Hentikan Honor Guru Bantu

Hentikan Honor Guru Bantu

Pemerintah mulai menghentikan pembayaran honor untuk guru bantu seiring telah habisnya masa pengangkatan 261.000 guru bantu menjadi PNS selama dua tahun berturut-turut sejak 2006.

"Sesuai rencana pemerintah, proses pengangkatan guru bantu akan rampung akhir 2007 atau selambat-lambatnya pertengahan 2008. Jadi kalau ada guru bantu yang belum menjadi CPNS, itu bukan berarti pemerintah harus menambah honor mereka," kata Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas Baedhowi di Jakarta, Selasa (11/11).

Pada saat pemerintah merencanakan bakal mengangkat guru bantu pada 2006, total honor mereka sudah disiapkan dan disalurkan melalui dana alokasi umum (DAU) dengan besaran sesuai masa kontrak berakhir atau pengangkatan akhir menjadi CPNS.

Karena itu, kata Baedhowi, meski saat ini masih ada sekitar 50.000 guru bantu yang belum diproses menjadi CPNS, mestinya pemerintah pusat tidak lagi bertanggung jawab terhadap kelanjutan honor mereka.

Dari 50.000 guru bantu yang belum diangkat menjadi CPNS itu, 28.505 orang di antaranya sudah melalui tahap pemberkasan. Sedangkan yang belum namun datanya sudah ada di Badan Kepegawaian Negara (BKN) tercatat 10.862 orang. Selain disebutkan ada 9.822 orang belum masuk data base BKN, juga tercatat ada 1.347 orang dinyatakan tidak bisa diangkat menjadi CPNS karena faktor usia.

Meski pemerintah tidak lagi bertanggungjawab terhadap kelanjutan honor guru bantu, tapi Baedhowi mengaku sudah mengajukan alokasi dana tambahan untuk mereka. "Setidaknya untuk kurun waktu 3 bulan sampai proses pemberkasan CPNS mereka selesai,"

Piramid Baru Ditemukan di Mesir

Piramid Baru Ditemukan di Mesir

Sebuah piramid baru yang diperkirakan berusia 4300 tahun ditemukan dalam penggalian di gurun pasir Mesir. Piramid tersebut diduga makam Ratu Sesheshet, ibunda Raja Firaun Teti yang merupakan peletak dinasti keenam Mesir.

"Ini mungkin piramid sekunder paling lengkap yang ditemukan di Saqqara," ujar Zahi Hawass, Kepala Dewan Purbakala Mesir (SCA). Temuan tersebut merupakan piramod ketiga yang ditemukan di sekitar piramid utama Teti dan piramid kedua yang ditemukan di Saqqara sepanjang tahun ini.

Para arkeolog menemukan reruntuhan piramid tersebut di bawah pasir pada kedlama 7 meter. Mereka berhasil mengidentifikasi struktur pondasinya dan mengukur bahwa kemiringan sudut dinding penutupnya sebesar 51 derajat. Dengan perkiraan tersebut, para arkeolog Mesir dapat memperkirakan bahwa tinggi piramid sekitar 14 meter. Sementara luas pondasinya sekitar 22 meter persegi.

Kawasan tempat ditemukannya piramid tersebut belum pernah digali sebelumnya. Para arkeolog yang telah melakukan penggalian di kawasan tersebut selama 20 tahun tidak menyangka daerah yang dikira hanya hamparan pasir ternyata merupakan kuburan sebuah piramid.

Meski demikian, para pencuri sepertinya sudah lebih dulu mengatahui keberadaan piramid tersebut. Sebab, saat ditemukan, sudah ada lubang yang mungkin dibuat para pencuri untuk masuk ke ruang makam Ratu Sesheshet untuk menguras hartanya.mr-kompas