Jumat, 27 Maret 2009

Tunjangan Profesi Guru Terancam Dihentikan

Tunjangan Profesi Guru Terancam Dihentikan
Belum Ada PP dan Perpres yang Mengatur

Pembayaran tunjangan profesi guru dan dosen sebesar satu kali gaji pokok per bulan terancam dihentikan. Penghentian tunjangan profesi guru dan dosen ini akibat belum adanya peraturan pemerintah dan peraturan presiden mengenai tunjangan profesi.

Sesuai dengan yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pemberian tunjangan profesi diatur melalui peraturan pemerintah (PP) dan peraturan presiden (perpres). Namun, kedua peraturan tersebut hingga saat ini masih disusun.

Berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor S-145/MK05/ 2009 tertanggal 12 Maret 2009 soal pembayaran tunjangan profesi guru dan dosen PNS/nonPNS pada Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama, jika sampai akhir Juni 2009 PP dan perpres mengenai tunjangan profesi belum ditetapkan, pembayaran tunjangan profesi untuk sementara dihentikan.

Apabila sampai akhir tahun 2009 PP dan perpres mengenai tunjangan profesi guru dan dosen belum juga ditetapkan, tunjangan profesi yang telanjur dibayarkan akan dipotong secara bertahap dari gaji guru yang bersangkutan sesuai ketentuan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Pengaturan Gaji PNS, pemberian tunjangan PNS tertentu (seperti tunjangan profesi guru dan dosen) diatur dengan perpres.

Membuat resah

Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Jumat (27/3), menyesalkan adanya surat menteri keuangan yang akan menghentikan pembayaran tunjangan profesi guru dan dosen. ”Surat itu membuat resah para guru. Persoalan administratif seharusnya sudah diselesaikan pemerintah jauh-jauh hari sebelumnya. Kami meminta supaya hak guru dan dosen tetap dibayarkan karena itu amanat UU Guru dan Dosen,” katanya.

Menurut Sulistiyo, PGRI sudah mengirim surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meminta Presiden segera menerbitkan perpres tunjangan guru dan dosen sebelum Juni ini. ”Saya juga sudah berkoordinasi dengan Menteri Sekretaris Negara. Mensesneg berjanji untuk melakukan upaya dan berkoordinasi dengan berbagai pihak supaya perpres yang mengatur tunjangan profesi guru selesai sebelum Juni,” katanya.

Baedhowi, Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa sampai saat ini pembayaran tunjangan profesi guru di Depdiknas masih berjalan. Tunjangan profesi guru dari pemerintah pusat di lingkungan Depdiknas dimasukkan sebagai bantuan sosial, bukan gaji, sehingga tidak ada masalah.

Baedhowi menjelaskan, yang dibutuhkan adalah PP Dosen yang belum ada. Selain itu juga Perpres mengenai Tunjangan Profesi untuk guru di lingkungan Departemen Agama. Tunjangan profesi guru agama belum dibayar karena tunjangan profesi dimasukkan dalam komponen gaji sehingga belum bisa dicairkan.

”Depdiknas bersama Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara terus bertemu untuk mempercepat pembahasan masalah ini,

Petaka Dini Hari

Petaka Dini Hari
Korban Tewas Mencapai 65 Orang, 98 Orang Masih Dicari

Akibat hujan deras yang turun selama lima jam pada Kamis (26/3) malam, tanggul Situ Gintung, Cirendeu, Tangerang Selatan, jebol, Jumat sekitar pukul 05.00. Wilayah seluas 10 hektar di Cirendeu menjadi porak-poranda diterjang air bah yang datang seperti tsunami. Tanggul dari tanah itu kembali runtuh sekitar pukul 13.00.

Sampai dengan pukul 22.00, data di Posko Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan Posko Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Achmad Dahlan menunjukkan jumlah korban tewas mencapai 65 orang, 98 orang hilang, 52 orang cedera, dan 25 orang dirawat di Rumah Sakit Fatmawati. Sebagian besar korban yang tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Pada Jumat malam bau anyir tercium begitu menyusuri jalan di samping Kampus UMJ. Kawasan itu gelap karena aliran listrik dimatikan. Warga memakai ratusan lilin dan pelita yang dibuat dari botol bekas minuman ringan yang diletakkan di beberapa tempat untuk penerangan. Sementara itu, warga yang ingin membersihkan rumahnya masih kesulitan karena beberapa kali aliran air bersih dari PAM mati.

Jebolnya tanggul buatan Belanda tahun 1932-1933 ini menghancurkan perumahan warga di Kampung Poncol dan Kampung Gintung. Sekitar 300 rumah yang ada di wilayah itu rusak dan hancur. Sementara itu, banjir melanda Perumahan Bukit Pratama dan Perumahan Cirendeu Permai yang terletak di tepi Kali Pesanggrahan.

Meskipun lokasi Situ Gintung sendiri terletak di RW 11 Kampung Gunung, Kelurahan Cirendeu, kampung itu tak terkena empasan air. Kampung Gunung yang ditinggali 2.600 warga (700 keluarga) terletak di lokasi yang lebih tinggi ketimbang Kampung Poncol dan Kampung Gintung.

Belasungkawa

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla atas nama pemerintah menyatakan belasungkawa kepada keluarga korban. Pemerintah menyatakan akan menyantuni semua korban dan membantu pembangunan rumah warga yang rusak.

Wapres Jusuf Kalla yang tiba di tempat kejadian sekitar pukul 10.00 langsung mengadakan rapat darurat di kantin UMJ bersama Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.

Kalla mengatakan, pemerintah segera membangun tanggul permanen dengan konstruksi yang lebih baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Pemerintah juga akan melihat kemungkinan kembali penataan kawasan tersebut. Selain itu, juga akan dijajaki kemungkinan dilakukannya relokasi warga yang selama ini tinggal di kawasan padat di pinggir aliran sungai tempat saluran pembuangan Situ Gintung.

Presiden Yudhoyono yang baru kembali dari Bandung setelah berkampanye sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat kemudian menyusul ke lokasi. Kunjungan Presiden ke lokasi bencana sekitar 30 menit sebelum berangkat menuju lokasi kampanye di Serang, Banten.

Seperti tsunami

Jebolnya tanggul Situ Gintung ini seperti tsunami karena air datang tiba-tiba. ”Suaranya bergemuruh besar sekali,” kata Cecep (63), warga Kampung Gintung.

Didi Sutardi (42), warga RT 01 RW 11 Kampung Gunung, menuturkan, sekitar pukul 02.00 dia sempat melintasi tepian tanggul yang belum jebol. Didi menyaksikan tiga warga tengah berupaya membersihkan salah satu pintu air dari sampah supaya aliran air lebih lancar.

”Saya lihat air danau tenang sekali, aneh. Biasanya beriak. Ini benar-benar tenang. Dan tepi danau sepi sekali enggak ada orang nongkrong. Biasanya di sini sampai dini hari selalu ramai. Mungkin karena malamnya hujan,” tutur Didi.

Saki Mulyadi (45) yang tinggal di dekat tanggul mengatakan, sejak pukul 22.00 ia mendengar suara bebatuan dan tembok tanggul rontok sedikit demi sedikit. Tanggul tiba-tiba pecah dan air bah keluar dari lubang selebar 70 meter. Ratusan rumah yang ada di sekitar tanggul yang terletak agak ke bawah langsung tersapu. Sebagian besar korban yang tewas dan hilang karena tak sempat menyelamatkan diri. Sebagian warga juga masih dalam keadaan tidur.

Di depan Masjid Jabarul Rohmah, air bah terbelah dua, tetapi tidak merobohkan masjid tersebut. Jembatan selebar satu meter yang biasa digunakan warga untuk menyeberang atau memancing ikan, dan biasa dilalui motor, ikut hilang terseret derasnya arus.

Akibat jebolnya tanggul, terlihat air situ yang kedalamannya mencapai 10 meter nyaris habis terkuras. Air hanya tersisa dalam cekungan kecil yang masih ada di dasar situ. ”Air datang cepat sekali. Saya sempat menggendong istri, tapi lalu terlepas kena terjang air. Saya hanyut, tetapi selamat. Istri meninggal sudah ditemukan,” kata Cecep.

Seperti juga warga lainnya, Cecep tak mengira tanggul akan jebol meski hujan turun deras sejak Kamis.

Johana (29), warga RT 01 RW 08 Kampung Gintung, mengatakan, banyak warga Kampung Gunung yang tinggal di bawah tanggul sudah tahu ada tanda-tanda banjir karena air sudah mulai menggenangi rumah warga. Warga pun mulai mengungsikan barang-barang mereka.

”Makanya sebagian besar warga Kampung Gunung selamat karena sudah tahu,” kata Johana.

Saderih (55), Ketua RW 11 Kampung Gunung, Cirendeu, mengatakan, sejak 10 tahun terakhir Situ Gintung sebenarnya mulai menunjukkan tanda-tanda rusak. Tanggul tampak mulai retak. Sekitar tujuh bulan lalu danau direhabilitasi dengan dikeruk. Namun, sebulan lalu, proyek itu berhenti meskipun belum selesai.

”Warga sempat protes karena baru dikeruk doang, belum dipasang turap dan konblok. Saya enggak tahu alasannya kenapa dihentikan. Padahal, dua pintu air yang rusak juga belum dibetulkan. Tanggul pintu air utama yang juga retak-retak itulah yang sekarang akhirnya jebol,” kata Saderih.

Tanggul pintu air utama yang jebol itu diperkirakan selebar 15 meter. Menurut Saderih, tanggul itu sudah sangat tua dan diperkirakan sudah sejak zaman Belanda. Di sisi kanan dan kiri tanggul pintu air utama itu terdapat dua pintu air yang juga tak berfungsi. Pintu-pintu air itu mengalirkan air dari danau ke Kali Pesanggrahan.

Sekitar pukul 18.00 pencarian dihentikan karena kondisi gelap gulita dan angin kencang, serta gerimis mulai turun. Pencarian akan dilanjutkan pada Sabtu pagi. Lokasi bencana dikerumuni warga hingga petang. Hal itu menyulitkan proses evakuasi jenazah dan logistik bantuan yang harus melalui jalan-jalan kecil.

Keluarga yang kehilangan anggota keluarganya mendaftarkan nama-nama yang dicari di Posko PMI, baik yang bertempat di UMJ maupun STIE Achmad Dahlan. Adapun beberapa jenazah yang telah dikenali dimakamkan hari Jumat sore. Sebanyak sembilan jenazah dimakamkan dalam satu liang lahat di Raudatul Jannah, di belakang STIE Achmad Dahlan, pukul 17.00.

Kamis, 26 Maret 2009

Situ Gintung Jebol


Tanggul Situ Gintung Jebol, Ratusan Rumah Terendam

Tanggul Situ (Danau) Gintung jebol sehingga menyebabkan banjir bandang, sehingga mengakibatkan ratusan rumah terendam dan sejumlah warga diperkirakan meninggal dunia karena banjir tersebut.

"Kejadiannya tadi sewaktu subuh, sekitar pukul 04.00 WIB," kata seorang warga, David, kepada ANTARA di Jakarta, Jumat pagi.

Ia memaparkan, tanggul jebol karena tidak mampu menahan air yang semakin lama semakin meninggi akibat hujan deras yang terjadi pada Kamis (26/3) sore hingga malam hari.

David mengatakan, tanggul jebol juga mengakibatkan ketinggian air di Danau Gintung menyurut.
Berdasarkan pantauan ANTARA, ketinggian air di Danau Gintung memang semakin lama semakin rendah karena air telah melaju ke berbagai daerah pemukiman warga.

Sementara itu, warga lainnya, Tien mengemukakan, sebanyak ratusan rumah yang berada di sebelah utara hanyut.

"Saya juga mendengar ada orang yang meninggal karena hanyut," katanya.
Pada saat ini, situasi masih sangat hiruk-pikuk karena banyak warga yang rumahnya terendam masih sibuk menyelamatkan barang dan banyak juga yang menangis akibat peristiwa nahas tersebut.

Sementara itu, berbagai petugas dari beragam instansi antara lain dari kepolisian juga telah berdatangan ke lokasi kejadian.

Menurut sejumlah warga, kejadian seperti ini baru pertama kali terjadi di sekitar Situ Gintung.

Rabu, 25 Maret 2009

ora keno udud

Selasa, 24 Maret 2009

Cegah deare

PSB 2009 - 2010

Minggu, 22 Maret 2009

Ngaji 19 Maret 2009




















ngaji bulanan, 19 Maret 2009
Tausiah, Ustadz Ahmad Miladi