Senin, 29 Agustus 2011

Lagu Lama Jangan Diulangi


Lagu Lama Jangan Diulangi

Tibalah saatnya kita menyiapkan diri untuk menyambut hari yang fitri (kembali ke fitrah kesucian). Lebaran sebagai Hari Kemenangan sebentar lagi datang. Di hari itu, semua yang merayakan memiliki tradisi saling bermaafan untuk menghapus dosa. Lalu, kembali memulai hidup dari titik yang bersih.

Mereka yang berhasil meraih kemenangan adalah orang yang setelah Idul Fitri kualitasnya lebik baik dibanding sebelumnya. Ini adalah kesempatan yang sangat istimewa untuk membuka lembaranlembaran kehidupan di masa mendatang dengan lebih baik. Ini juga menjadi saat terbaik untuk mengakhiri hal-hal buruk yang telah dijalankan di masa lalu.

Bukan hanya secara pribadi, konteks Lebaran juga menjadi kesempatan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik ini. Masih banyak hal buruk yang menghiasi tatanan negara ini, baik di tingkat elite maupun di lapisan akar rumput. Di tingkat elite kita saksikan betapa para politikus masih saling sandera untuk melanggengkan kepentingannya. Proses penegakan hukum menjadi berjalan dengan sandungan akibat politik saling sandera itu. Tengoklah kasus Century, kasus Nazaruddin, kasus cek pelawat, dan sebagainya.

Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD menyatakan bahwa politik saling sandera menjadikan praktik korupsi sulit dihapus. Ini masuk akal karena memang tidak mudah untuk menegakkan hukum dengan baik jika para penguasa yang naik lewat jalur politik masih bermental egois hanya mengutamakan kepentingan sendiri dan kelompok.

Selain terjebak politik saling sandera, para elite juga masih hobi untuk memboroskan anggaran. Belanja negara terkena beban berat belanja birokrasi yang jauh melampaui belanja pembangunan. Padahal, rakyat memerlukan perbaikan infrastruktur jauh lebih banyak dibanding jumlah birokrat yang diberi amanat untuk mengelola negara ini.

Di tingkat bawah, kita juga masih menyaksikan kebiasaan buruk yang boleh jadi muncul karena miskinnya keteladanan dari para elite. Mereka tak terbiasa untuk hidup disiplin dan kepedulian sesama juga terus tergerogoti. Lihatlah sampah yang masih berserakan di tempattempat umum, pengemudi angkutan umum yang masih mengabaikan keselamatan penumpang, ataupun pengguna jalan yang saling serobot.

Selama ini, kita lihat banyak gerakan dijalankan secara parsial. Ada gerakan bersih lingkungan, gerakan antikorupsi, gerakan ke pedulian sosial, dan sebagainya. Bukan tanpa hasil, gerakan-gerakan itu membawa pengaruh. Cuma, rasanya kurang signifikan. Praktikpraktik tidak terpuji masih saja terjadi dan di beberapa area malah terlihat meningkat.

Lebaran semestinya menjadi momentum untuk membangun gerakan masif yang bisa menghentikan kebiasaan buruk di masa lalu dan memulai kebiasaan baik. Usai Lebaran, mulailah berpolitik secara sehat dan tidak saling sandera. Jadikan pula Lebaran kali ini untuk menghidupkan kedisiplinan dan profesionalitas dalam bekerja. Jangan lagi muncul berita kantor-kantor masih sepi saat libur Lebaran berakhir.

Halalbihalal menjadi percuma jika setelah itu terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sebelumnya pernah dikerjakan. Puasa sebulan penuh selama Ramadhan pun menjadi kurang bermakna jika ke hidupan setelah Lebaran ternyata lebih buruk dari sebelumnya.

Tidak ada komentar: