Kamis, 05 Februari 2009

Metode Menghafal Alquran yang Mudah dan Menyenangkan


Masagus A Fauzan
Pengajar Tahfizh Alquran Sekolah Daarul Quran Internasional Tangerang

Akhir-akhir ini ada perkembangan yang cukup menggembirakan dengan tumbuhnya lembaga-lembaga kealquranan. Baik kecil maupun besar, baik swasta maupun yang memiliki keterkaitan dengan pemerintah setempat. Statistiknya menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan.

Begitu juga sekolah-sekolah umum unggulan yang berbasis Islam (biasanya menggunakan istilah "Islam Terpadu", seperti SDIT), menggunakan tahfizh (hafalan Alquran) sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core kompetensinya. Tentu saja, ini merupakan suatu perkembangan yang positif, terutama dalam upaya memelihara otentisitas Alquran.

Bercermin kepada para ilmuan Muslim di zaman keemasan Islam, seperti Imam Syafi’i, Ibnu Sina, dan seterusnya, mereka adalah ilmuan Muslim yang berpijak di atas pondasi tahfizh yang kuat. Imam Syafi’i, seorang pendiri mazhab Syafi’iyyah yang cukup berpengaruh di Indonesia, telah hafal Alquran sejak usia tujuh tahun. Begitu juga Ibnu Sina, seorang pakar kedokteran, sudah hafal Alquran sejak usia sembilan tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa tahfizh Alquran sangat penting sebagai pondasi keilmuan di bidang agama dan ilmu lainnya. Ulama terdahulu mensyaratkan hafalan Alquran sebagai awal pembelajaran sebelum mempelajari ilmu-ilmu lain.

Sungguh disayangkan, masih banyak orang tua di masa sekarang yang kurang memperhatikan tahfizh Alquran untuk anak-anaknya. Padahal, harus diakui bahwa yang paling siap untuk melakukan kajian-kajian keilmuan, khususnya kealquranan adalah siswa yang hafizh. Disamping itu, hafalan Alquran akan memberikan energi positif dalam konteks pengamalan ilmunya. Indikasi ini bisa dilihat dari sosok ilmuan Muslim generasi keemasan Islam di atas.

Seorang siswa yang hafizh merupakan orang yang paling siap melakukan kajian-kajian kealquranan tersebut. Jika diibaratkan sebuah peperangan, para hafizh itu telah menguasai medan dan tinggal mengatur strategi.

Jika alasan para orang tua bahwa menghafal Alquran itu pekerjaan berat, sulit dan hanya menjadi beban pikiran, asumsi ini tidak sepenuhnya benar. Sebagaimana firman Allah, ''Dan sungguh Kami telah mudahkan Alquran untuk dihafal, tinggal adakah yang ingin menghafalnya?'' (QS. Al-Qamar: 4).

Untuk membuktikan bahwa tahfizh Alquran itu memang mudah, kini sudah ditemukan metode Quantum Tahfizh, sebuah metode menghafal Alquran yang mudah, cepat dan menyenangkan. Metode ini telah diujicobakan sendiri oleh penulis selama mengajar di Sekolah Daarul Quran Internasional (SDQI).

Metode Quantum adalah kegiatan menghafal dengan melibatkan kekuatan otak kiri dan otak kanan seperti metode potret, TTS (Teka-Teki Silang), titian ingatan, system cantol, audio (mendengar musik Alquran), shalat li hifzhil Qur’an (membaca di dalam shalat).

Dalam metode Potret atau Gambar, menghafal Alquran dilakukan dengan menghafal ayat sepotong demi sepotong. Kemudian teks ayat tersebut dihapus untuk dihafal. Caranya dilakukan berulang-ulang hingga lancar sama seperti kita memotret suatu gambar. Dapat juga dilakukan dengan cara menyambung atau menggaris titik-titik yang tersedia. Persis seperti pelajaran menggambar burung waktu di TK.

Sedangkan metode TTS, sama seperti ketika kita mengisi kolom TTS dimana telah tersedia alat bantu huruf di depan, di tengah atau di akhir. Demikian juga dengan menghafal Alquran, caranya cukup dengan mengikuti petunjuk alat bantu ayat di depan, di tengah dan di akhir ayat untuk mengingat ayat berikutnya. Metode ini dapat juga dilakukan dengan cara memahami arti suatu ayat.

Selain itu untuk memudahkan siswa menghafal Alquran, di SDQI sedang dikembangkan cara belajar menghafal satu hari satu ayat. Namun bukan sembarang menghafal. Setelah menghafal satu ayat, siswa ditugaskan untuk memahami arti ayat yang dihafal dan mengambil intisari dari ayat tersebut.

Dengan cara seperti ini, siswa merasakan pengalaman menghafal Alquran yang enjoy, fun, dan penuh makna. Bahkan para siswa akan cepat menangkap pesan dan kesan dari ayat-ayat yang dihafalnya. Hal ini dikarenakan metode Quantum Tahfizh ini dikembangkan berdasarkan multiple intelligences (kecerdasan majemuk) pada diri manusia, antara lain cerdas visual (cerdas rupa), cerdas auditori (cerdas pendengaran), kecerdasan verbal-linguistik (kecerdasan bahasa), kecerdasan kinestetik (cerdas memahami tubuh), cerdas interpersonal (cerdas sosial), dan cerdas logis-matematis.

Dengan metode seperti ini, tidak ada alasan lagi bagi siswa untuk tidak menghafal Alquran. Paling minimal, siswa SD harus sudah menghafal surah-surah pendek pada juz Amma, juz terakhir, sebagai bekal kelak menjadi imam shalat.mr-republika

Tidak ada komentar: