Minggu, 18 Januari 2009

Guru Kreatif, Murid Aktif

Guru Kreatif, Murid Aktif
Ibrahim: Tak Ada Model Pembelajaran Sakti

Dalam menciptakan pembelajaran inovatif (PI), seorang guru tidak harus terpaku pada model tertentu. Sebab, tidak ada satu pun model atau strategi pembelajaran "sakti" yang dapat digunakan untuk mencapai semua tujuan pembelajaran. Tiap model atau stategi pembelajaran punya keunggulan dan kelemahan masing-masing.

"Model pembelajaran tertentu hanya cocok untuk mencapai tujuan tertentu dan kurang sesuai untuk tujuan lain. Karena itu, guru dituntut kreatif mencari model pembelajaran yang tepat sesuai tujuan yang ingin dicapai," ujar Prof Dr H Muslimin Ibrahim MPd, guru besar Pendidikan Biologi Unesa, yang akan menjadi narasumber dalam semiloka pembelajaran inovatif (PI) dalam rangka program Utukmu Guruku 2009.

Ditegaskan Ibrahim, tujuan merupakan kunci utama keberhasilan dalam PI. Itu langkah awal yang harus dilakukan guru. Selanjutnya, guru perlu memodelkan tujuan tersebut dan siswa meniru model yang disampikan guru.

Dicontohkan, pembelajaran inovatif menari atau bermain musik. Tujuannya, tentu, agar siswa bisa menari dan memainkan alat musik. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dituntut memberikan contoh model gerakan tari atau cara bermain musik dengan baik dan benar. Lalu, siswa meniru gerakan tersebut.

Sebagai wujud kreativitas, guru tidak hanya menerapkan satu model. Mereka dapat menggabungkan model-model lain. "Guru bebas berimprovisasi. Yang penting, tujuan pembelajaran tercapai, baik yang mencakup aspek kognitif, keterampilan motorik, maupun sikap," tuturnya.

Yang tidak kalah penting dalam PI, lanjutnya, adalah peran aktif siswa. Dalam proses belajar-mengajar, murid harus aktif. Guru hanya memfasilitasi, menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran. "Untuk membuat murid aktif, guru jangan hanya memberi info jadi," katanya.

Pemberian info terbaik bagi siswa, menurut Ibrahim, adalah memakai sistem kail. Artinya, siswa dibimbing untuk menemukan jawaban atau informasi atas permasalahan yang dihadapi.

Misalnya, siswa bertanya tentang titik didih air. Guru yang baik tidak akan menjawab titik didih air adalah 100 derajat celcius. Dia akan memberikan arahan agar siswa praktik mengukur titik didih air dan menemukan jawaban yang benar.

Dengan begitu, siswa mendapat dua manfaat. Pertama, mereka tahu cara mengukur dan menentukan titik didih air serta menentukan jawaban yang benar.mr-jawapos

Tidak ada komentar: