Ukhuwah Islamiyah
By Prof. Dr. Salman Harun
Ukhuwah Islamiyah dapat diwujudkan -- seperti disabdakan Nabi SAW -- antara lain dalam bentuk bahwa seorang muslim harus dapat mencintai muslim lain sebagaimana ia mencintai diri sendiri; bahwa seorang muslim harus dapat merasakan kesulitan yang dialami muslim lain, sebagaimana sakit pada satu anggota tubuh dirasakan oleh seluruh anggota tubuh lain; bahwa seorang muslim harus saling menyokong, sebagaimana satu bagian bangunan menyangga bagian lain.
Di dalam Alquran, Allah SWT meminta agar seorang muslim tidak memusuhi, mencaci, mengolok-olok, dan berburuk sangka kepada muslim lain (Q.S. 49: 9-12). Yang perlu dikembangkan justru sikap saling memaafkan (Q.S. 24: 22). Bahkan sesama muslim perlu saling mendoakan (Q.S. 3: 159) dan awliya', lindung-melindungi (Q.S. 9: 71).
Kita jangan seperti orang kafir yang mengambil Taghut sebagai pelindung, karena mereka berjuang untuk keangkaramurkaan (Q.S. 2: 257 dan 4: 76). Dan kita jangan seperti orang munafik yang saling menyokong justru dalam menganjurkan yang munkar, melarang yang makruf, kikir, dan tak mengindahkan Allah (Q.S. 9: 67).
Persaudaraan Islam menghendaki wujud nyata, yaitu minimal pengorbanan dalam harta benda. ''Jika mereka tobat, mendirikan salat, dan membayar zakat, barulah mereka teman kalian seagama,'' tegas Allah SWT (Q.S. 9: 11). Yang harus dikeluarkan bukan hanya zakat, tapi juga infak (Q.S. 2: 195), yaitu kewajiban keuangan yang besarnya tergandung kerelaan (iman) penyumbang.
Wujud persaudaraan dalam Islam bahkan sampai kepada kesediaan mengorbankan nyawa. Allah berfirman: ''Bagaimana kalian tiadakan berperang di jalan Allah bagi orang-orang tertindas -- laki-laki, perempuan, dan anak-anak itu -- yang berseru, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari kota ini, yang penduduknya berbuat zalim. Berilah kami perlindungan dari-Mu. Dan berilah kami pembela''' (Q.S. 4: 75). - ah.mr-republika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar