Senin, 12 Januari 2009

Kehancuran Bangsa

Kehancuran Bangsa

By Muhamad Wahyuni Nafis
Kehancuran Bangsa
''Jika kalian semua berpaling (dari kebenaran yang sudah ditegaskan oleh Allah), maka Allah akan menggantikan kalian dengan kaum yang lain, yang sama sekali berbeda dengan kalian,'' [QS Muhammad (47):38]. Firman Allah di atas memberikan gambaran kepada kita tentang sebuah bangsa yang bila tidak memperhatikan aturan-aturan benar yang diperintahkan oleh Allah, maka bangsa tersebut (bangsa apa pun, Muslim maupun non-Muslim), akan mengalami kehancuran.

Berdasarkan petunjuk Alquran, sedikitnya kita memperoleh empat persoalan sosial-politik yang bila dilanggar oleh suatu negeri, maka negeri tersebut akan mengalami kehancuran. Pertama, bila orang-orang miskin dan kelas yang rendah dalam masyarakat mengalami ketertindasan dan eksploitasi secara politik dan ekonomi. Sehingga, mereka tidak mampu lagi memperjuangkan hak-hak asasinya. Kemiskinan yang mereka alami bukan karena mereka malas dan tidak mau bekerja keras, tapi karena adanya ketidakadilan sistem sosial-politik yang dijalankan oleh para penguasa.

Penyelesaian problem sosial ini harus dipecahkan secara individual dan sosial sekaligus berbarengan. Karena itu, selain setiap orang harus adil [QS Al-Maidah (5):8], juga setiap orang harus membantu orang-orang miskin dan telantar, semisal yatim-piatu. Sebab, ''di dalam kekayaan orang-orang kaya itu terdapat hak orang miskin, baik yang meminta maupun yang tidak meminta'' [QS Al-Ma'arij (70):24-25].

Kedua, bila suatu bangsa telah terjerumus ke dalam kemusyrikan dan kebebasan yang liar. Kita bisa memperhatikan keadaan masyarakat pada zaman Nabi Nuh dan Nabi Luth [lihat QS An-Najm (53): 52-53]. Ketiga, bila orang-orang kaya dalam suatu negeri itu berbuat aniaya (merusak) dan durhaka [QS Al-Isra (17):16]. Ini jelas sekali. Karena mereka, dengan kekayaannya, bisa mempermainkan banyak hal. Menumpuk bahan-bahan pokok makanan dan memonopolinya, menyebarkan isu-isu negatif dalam berbagai media informasi yang secara ekonomi di bawah kekuasaannya, dan lain-lain. Seperti halnya penguasa, orang kaya pun bisa menukar kebenaran dengan kebatilan.

Keempat, bila para pemimpin agama telah menyelewengkan perannya sebagai kekuatan spiritual dan moral. Penyelewengan itu terjadi karena hati nurani mereka sudah tidak bisa tergugah lagi bila mereka melakukan dan melihat kesalahan. Sehingga, mereka mengkompromikan kebenaran dengan hawa nafsu yang sesat dari orang-orang kaya atau para penguasa. Dalam hal ini Alquran, seperti halnya para pemimpin kaum Yahudi dan Nasrani, menuduh mereka ''telah menjual ayat-ayat Allah untuk jumlah uang yang sedikit'' [lihat QS Al-Baqarah (2):41, 79 dan 174; juga Ali Imran (3):77 dan 187]. Bila keempat hal di atas terjadi dalam sebuah bangsa, maka jelas kekuatan moral tidak berfungsi lagi. Kira-kira inilah yang menyebabkan mengapa Alquran tak henti-hentinya menyuruh manusia mempelajari sejarah bangsa-bangsa di masa lampau [QS Al Hajj (22): 45]. - ah.mr-republika

Tidak ada komentar: