Jumat, 05 September 2008

5 Tantangan Menjadi Ibu

5 Tantangan Menjadi Ibu


Menjadi seorang ibu sama sekali tak bisa dibilang mudah. Satu menit Anda menyusui, menit berikutnya mengganti popok, lantas meninabobokkannya. Di saat yang sama, Anda masih harus berjuang mengatasi gejolak emosi dari seorang ibu yang bangga dengan status baru sebagai ibu, ke perasaan frustrasi karena kelelahan.

Tak seorang ibu pun dapat segera mengatasi lima tantangan berikut ini. Mungkin, Anda akan tetap menangis karena frustasi. Apa saja tantangan itu?

TANTANGAN 1: BILA TAK MENYUKAI SI KECIL
Bila anak Anda bersikap tak pantas atau memalukan, Anda pasti akan sangat marah sehingga Anda sangat membencinya (walaupun hanya selama 10 menit). Lalu karena juga sangat mencintainya, Anda segera diliputi perasaan bersalah.

Cara Mengatasinya:
Ada saat di mana Anda merasa tak mencintai anak, bahkan bersikap tidak manis dan mengucapkan kata-kata yang tak enak didengar. Ini wajar, Anda hanya manusia biasa dan punya harapan. Tapi bila emosi Anda berlebihan atas kesalahannya, coba pahami apa yang sebenarnya membuat Anda marah. Lalu segera utarakan kekhawatiran atau ketakutan Anda. Wajar bila dari waktu ke waktu anak bersikap menjengkelkan sehingga Anda hilang sabar. Bila ini terjadi berulang kali, teliti seberapa besar konsistensi Anda terhadap kedisiplinan. Cari akar permasalahan untuk membantu Anda menghindari rasa benci dan bersalah.


TANTANGAN 2: KETERLIBATAN SUAMI
Adalah alami menginginkan segala sesuatu sempurna bagi anak-anak. Oleh karena itu, sebaiknya Anda membagi tanggungjawab ini dengan suami. Tentukan siapa yang giliran mengganti popok, menyuapi anak-anak, dan mengajak mereka bermain sebelum tidur.

Cara mengatasinya:
Mungkin Anda frustrasi melihat cara suami bermain dengan anak-anak, atau suami membiarkan anak memakai pakaian yang tak cocok. Sejauh cara yang diterapkan suami tak membahayakan, tidak perlu khawatir. Sebaliknya, beri ia kesempatan bersama anak-anak. Jangan mengritik langkah yang dilakukannya, yang berarti Anda mempertahankan rasa saling menghargai dan keharmonisan di dalam perkawinan. Sehingga, suami akan merasa Anda memberinya kepercayaan, dan Anda jadi bisa istirahat sejenak, bukan?


TANTANGAN 3: GELISAH SAAT BERPISAH DENGAN ANAK
Berminggu-minggu, Mila (36) merasa takut meninggalkan anaknya, Ella (4) di sekolah. “Saya membayangkan Ella menangis dan memegangi kaki saya.” Tetapi 10 menit setelahnya, Ella yang biasanya tak pernah dapat lepas darinya, segera membaur dan asyik bermain dengan guru dan teman-teman barunya.

Cara Mengatasinya:
Kenali emosi Anda pada saat berpisah dengannya. Sadari bahwa kegelisahan, ketakutan, dan kesedihan yang Anda rasakan adalah perasaan Anda, bukan milik Si Kecil. Bahkan, bila anak Anda rewel, ada dua hal yang harus disadari. Pertama, dia mungkin akan baik-baik saja sesudah 5 menit Anda pergi (sebagian besar anak demikian). Kedua, ini tantangan baginya untuk beradaptasi di lingkungan baru, dan ini dapat membantu tumbuh kembangnya. Bila Anda menghalangi perpisahan, Anda justru memperbesar perasaan ketergantungan anak. Ingatkan diri sendiri bahwa tujuan Anda adalah meningkatkan kebahagiaan dan kemandirian anak.


TANTANGAN 4: MENERIMA KEGAGALAN ANAK
Bila anak-anak tidak menjadi seseorang seperti yang Anda harapkan (atau bahkan memperlihatkan minat yang berbeda), biasanya seorang ibu akan merasa kecewa. Ingat, jangan sampai perasaan kecewa tadi justru membuat Anda menyesal di kemudian hari!

Cara Mengatasinya:
Sebagian besar orangtua mengharapkan anaknya jadi juara. Entah itu di dunia olahraga, kesenian, maupun di sekolah. Itu sebenarnya tindakan yang menekan mereka. Anak merupakan pribadi yang unik dengan segala bakat, impian, cita-cita, dan masalah yang dihadapinya. Anda dan anak akan merasa lebih nyaman bila Anda mau belajar mengungkapkan rasa bangga Anda atas keberhasilannya mencapai sesuatu.


TANTANGAN 5: BELAJAR UNTUK MELEPASKAN
Orangtua menginginkan anak berada di tempat yang aman dari bahaya. Anda juga akan mudah merasa khawatir karena anak sangat berharga bagi Anda.

Cara Mengatasinya:
Anda harus memastikan bahwa anak ada di tangan yang terpercaya dan bertanggungjawab. Misalnya, saat meninggalkan anak di sekolah, kita harus yakin dengan keamanan sekolah sehingga tak merasa khawatir dan takut. Bila Anda tidak puas/tidak senang dengan lingkungan anak, lakukan perubahan. Cara ini mengurangi perasaan cemas. Yang juga patut disadari, Anda tidak dapat menjaga anak dari setiap kemungkinan bahaya, tetapi Anda dapat menghilangkan perasaan cemas Anda.mr-kompas

Tidak ada komentar: