Selasa, 09 September 2008

Mengadu Domba

Mengadu Domba


Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dikisahkan, suatu hari ketika Rasulullah SAW melewati dua kuburan, beliau mendengar penghuni kuburan itu sedang disiksa malaikat. Lalu beliau bertanya kepada beberapa sahabat yang menyertainya, ''Tahukah kalian tentang orang yang ada dalam kuburan ini?'' Namun sebelum mereka menjawab, Nabi SAW melanjutkan, ''Mereka sedang disiksa karena melakukan dosa besar: yang pertama suka berbuat namimah (mengadu domba), dan kedua tidak pernah bersuci setelah kencing.''

Hadis di atas dengan tegas menggolongkan namimah sebagai perbuatan dosa besar yang mendapat siksaan langsung di dalam kuburan. Mendapat siksaan langsung, karena namimah merupakan perbuatan yang sangat berbahaya dan berpotensi besar untuk menghancurkan persatuan dari dalam.

Namimah biasanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah iman, berhati busuk, dan buruk mental. Mereka melakukan itu, di antaranya karena tidak tahan melihat kesuksesan orang lain atau tidak mampu mengejar prestasinya. Dan tidak jarang, persatuan dan persaudaraan umat terancam pecah hanya gara-gara perbuatan namimah sekelompok orang.

Di zaman revolusi dulu, seperti pernah dituturkan almarhum Hamka, telah terjadi permusuhan dan pertumpahan darah karena adanya provokasi adu domba yang dipicu oleh orang yang bermental lemah dan dengki.

Alquran dan hadis dengan tegas mengutuk pelaku namimah. ''Celakalah bagi setiap orang yang suka mengadu domba dan mencela.'' (Q. S. 104: 1). ''Tidak akan masuk surga,'' kata Nabi SAW, ''orang yang suka mengadu domba.'' (H.R. Bukhari Muslim).

Mengadu domba merupakan perbuatan yang sangat cepat mengundang api permusuhan, ibarat membakar kayu yang apinya cepat menjalar. Itu sebabnya, istri Abu Lahab yang suka mengadu domba suku Quraisy, oleh Alquran dijuluki sebagai Hammalatul Hatab (si pembawa kayu bakar).

Ini, menurut ahli tafsir, kobaran api permusuhan akibat namimah sama membaranya dengan kobaran api kayu bakar seperti yang dibawa oleh istri Abu Lahab tadi.

Alquran juga mengkatagorikan pengadu domba sebagai orang fasik yang perlu diverifikasi (diteliti) kebenaran beritanya (Q. S. 49: 6). Karena itu, meski Agustus ini kita bangsa Indonesia genap 50 tahun menikmati kemerdekaan di alam kesatuan Indonesia, namun kita harus tetap waspada dan hati-hati terhadap munculnya kelompok-kelompok tertentu yang sengaja ingin menghancurkan persatuan kita.

Sehingga bangsa kita yang sangat heterogen, terdiri dari berbagai suku dan agama, tidak gampang dicerai-berai oleh perbuatan adu domba yang direkayasa oleh orang-orang yang picik dan tak bertanggung jawab.mr-republika

Tidak ada komentar: