Minggu, 14 September 2008

Suku Tengger Laksanakan Mendak Tirta

Suku Tengger Laksanakan Mendak Tirta



Masyarakat suku Tengger di Kawasan Gunung Bromo Jawa Timur, Sabtu (13/9) melaksanakan mendak tirta (mengambil air suci -red) sebagai awal prosesi upacara Yadnya Kasada yang bakal dilaksanakan 15 September.

Masyarakat suku Tengger yang ada di Wilayah Kabupaten Pasuruan melaksanakan upacara mendak tirta di sumber air Gunung Widodaren yang masih berada dalam kawasan Gunung Bromo.

Masyarakat suku Tengger di wilayah Kabupaten Probolinggo melaksanakan mendak tirta di sumber air terjun Madakaripura Sukapura.

Sedangkan masyarakat suku Tengger di wilayah Lumajang melaksanakan mendak tirta di sumber di Kawasan Pura Senduro Lumajang.

Air suci yang diambil dari berbagai tempat itu kemudian dibawa ke Pura Luhur Poten di Gunung Bromo untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada pada 15 September.

Upacara mendak tirta di sumber Gunung Widodaren Pasuruan dipimpin Mangku Prawoto. Air suci yang diambil dari sumber Widodaren kemudian dikirab menuju Pura Luhur Poten di Gunung Bromo disandingkan dengan air suci yang diambil dari tempat lain.mr-kompas

Kepala Desa Wonokitri Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan, Wartono, pada hari Minggu (14/9) di Pura Luhur Poten Gunung Bromo akan digelar upacara Piodalan.

Wartono menjelaskan, upacara Piodalan sebenarnya bukan merupakan rangkaian prosesi upacara Yadnya Kasada, tapi upacara ulang tahun Pura.

Upacara digelar sebagai perwujudan rasa syukur umat Hindu kepada yang Mahakuasa.

Sedangkan prosesi Yadnya Kasada yang dilaksanakan setelah mendak tirta dilanjutkan dengan upacara sameninga yang dilaksanakan pada Senin (15/9).

Upacara sameninga merupakan upacara ritual komunikasi antara umat dengan Tuhan yang menguasai jagat raya. Upacara dilaksanakan di Balai Desa masing-masing hingga sore harinya dilanjutkan upacara Mepek yakni upacara untuk melengkapi segala sesaji untuk keperluan upacara Yadnya Kasada.

Ia menyebutkan kelengkapan sesaji Yadnya Kasada terdiri atas Rakatawang dan Rakagenep. Sesaji yang telah lengkap tersebut kemudian dibawa ke Pura Luhur Poten untuk digunakan sebagai kelengkapan upacara Yadnya Kasada pada hari Senin pukul 24.00 WIB.

Dalam prosesi upacara Yadnya Kasada di tengah malam tersebut dilakukan persembahyangan yang merupakan komunikasi antara umat dengan Tuhannya.

Pada Selasa (16/9) pukul 00.00 WIB diteruskan dengan melarung sesaji ke kawah Gunung Bromo. Sesaji yang dilarung berupa hasil pertanian dan lain-lain yang merupakan hasil pokok masyarakat Suku Tengger yang sebagian besar petani sayur.

Larung sesaji yang merupakan bentuk perwujudan atas rasa syukur umat terhadap sang Hyang Widi Wasa. Sesaji yang dilarung pada peringatan Kasada merupakan perwujudan rasa syukur yang diajarkan Roro Anteng dan Joko Seger yang merupakan cikal bakal suku Tengger di Gunung Bromo.

Jika Roro Anteng dan Joko Seger saat itu harus mengorbankan salah satu anak bungsunya Kusuma, kini suku Tengger melaksanakan korban dengan mengganti berupa hasil sayur mayur yang dihasilkan dari ladang-ladang mereka.mr-kompas

Tidak ada komentar: